Jakarta: Banyak kalangan yang berpikiran bahwasanya pemilihan umum (pemilu) 2024 ini akan berpengaruh terhadap pasar otomotif nasional. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) melihat pemilu yang akan terjadi pada 14 Februari 2024 tidak akan berdampak kepada pasar otomotif.
Sekretariat Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, meyakini pemilu mendatang tidak akan serta merta mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor Indonesia. Keyakinannya ini juga berkaca kepada data penjualan mobil sejak tahun 1972 sampai 2023.
Data Penjualan Mobil di Lima Kali Pemilu Terakhir:
1999: 93.813 unit
2004: 483.148 unit
2009: 486.088 unit
2014: 1.208.028 unit
2019: 1.032.907 unit.
"Sebab kalau terdampak misalnya turun, recovery-nya bisa lima tahun sekali gara-gara ada hajatan seperti ini, seharusnya ini kita upayakan untuk tidak berpengaruh," ungkap Kukuh di 'Memproyeksi Pasar Otomotif 2024' bersama Forwot di Cipete Jakarta Selatan.
Penyebab Pasar Otomotif Anjlok
Kemudian berdasarkan data yang ada, penurunan penjualan otomotif paling terasa terjadi karena faktor lain, yaitu pada tahun 1998 terjadi krisis moneter dimana penjualan mobil hanya mencapai 58 ribu unit, turun dari tahun 1997 yang sudah mencapai 387 ribu.
Penurunan penjualan secara nasional juga sangat terasa ketika Covid-19 pada tahun 2020, pasar otomotif hanya 532 unit atau merosot hampir 50 persen yaitu dari periode 2019 yang tembus satu 1,03 juta.
"Kita upayakan untuk tidak berpengaruh, kalau ini muncul kemudian yang terjadi adalah proses wait and see, investor akan wait and see, konsumen juga akan wait and see, ini akan mengganggu proses pertumbuhan Industri kendaraan bermotor di Indonesia," jelasnya.
Jakarta: Banyak kalangan yang berpikiran bahwasanya pemilihan umum (pemilu) 2024 ini akan berpengaruh terhadap pasar
otomotif nasional. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (
GAIKINDO) melihat pemilu yang akan terjadi pada 14 Februari 2024 tidak akan berdampak kepada pasar otomotif.
Sekretariat Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, meyakini pemilu mendatang tidak akan serta merta mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor Indonesia. Keyakinannya ini juga berkaca kepada data penjualan mobil sejak tahun 1972 sampai 2023.
Data Penjualan Mobil di Lima Kali Pemilu Terakhir:
- 1999: 93.813 unit
- 2004: 483.148 unit
- 2009: 486.088 unit
- 2014: 1.208.028 unit
- 2019: 1.032.907 unit.
"Sebab kalau terdampak misalnya turun, recovery-nya bisa lima tahun sekali gara-gara ada hajatan seperti ini, seharusnya ini kita upayakan untuk tidak berpengaruh," ungkap Kukuh di 'Memproyeksi Pasar Otomotif 2024' bersama Forwot di Cipete Jakarta Selatan.
Penyebab Pasar Otomotif Anjlok
Kemudian berdasarkan data yang ada, penurunan penjualan otomotif paling terasa terjadi karena faktor lain, yaitu pada tahun 1998 terjadi krisis moneter dimana penjualan mobil hanya mencapai 58 ribu unit, turun dari tahun 1997 yang sudah mencapai 387 ribu.
Penurunan penjualan secara nasional juga sangat terasa ketika Covid-19 pada tahun 2020, pasar otomotif hanya 532 unit atau merosot hampir 50 persen yaitu dari periode 2019 yang tembus satu 1,03 juta.
"Kita upayakan untuk tidak berpengaruh, kalau ini muncul kemudian yang terjadi adalah proses wait and see, investor akan wait and see, konsumen juga akan wait and see, ini akan mengganggu proses pertumbuhan Industri kendaraan bermotor di Indonesia," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)