Ilustrasi penggunaan bioetanol di mobil. Pertamina
Ilustrasi penggunaan bioetanol di mobil. Pertamina

Pengembangan Bioetanol, Langkah Strategis Pertamina Menuju Energi Bersih

Ekawan Raharja • 04 Oktober 2024 11:30
Jakarta: Pengembangan bioetanol dinilai memiliki potensi besar untuk menciptakan dampak positif, dari hulu ke hilir, dalam mendukung transisi energi di Indonesia. 
 
Sektor transportasi menjadi salah satu kontributor terbesar emisi gas rumah kaca di Indonesia. Untuk mengatasi hal ini, penggunaan bahan bakar minyak (BBM) ramah lingkungan menjadi solusi terbaik.
 
Indonesia sebelumnya telah sukses dengan penerapan B35, campuran bahan bakar nabati berbasis kelapa sawit dengan kadar 35 persen. Saat ini, pemerintah melalui Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2023 mendorong pengembangan bioetanol sebagai campuran BBM jenis gasoline.

PT Pertamina Patra Niaga juga telah meluncurkan Pertamax Green 95, varian bahan bakar yang mengandung campuran bioetanol sebesar 5 persen, pada akhir tahun lalu. Langkah ini tidak hanya mendukung target Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC) Indonesia, tetapi juga berpotensi menciptakan nilai ekonomi besar.
 
Baca Juga:
Simak! Ini 6 Cara Memilih Ban Motor yang Tidak Licin Saat Musim Hujan

 
“Dari mulai mengembangkan bahan baku seperti tebu, jagung, sorgum, dan jenis tanaman lainnya sampai dengan pendistribusiannya ke Masyarakat, pengembangan bioetanol bisa menciptakan nilai yang besar, salah satunya adalah membuka lapangan kerja lebih luas,” ujar Iin Febrian.
 
Pertamina NRE, yang telah diberi amanah oleh induk usahanya PT Pertamina (Persero) untuk mengembangkan bisnis bioetanol, telah menyiapkan strategi jangka pendek, menengah, hingga panjang untuk mencapai target tersebut hingga tahun 2035.
 
Salah satu langkah konkret dalam strategi jangka pendek adalah pembangunan pabrik bioetanol baru dengan bahan baku molase di Glenmore, Banyuwangi.
 
“Kami telah menandatangani perjanjian dengan PT Sinergi Gula Nusantara untuk membangun pabrik dengan kapasitas 30 ribu kiloliter per tahun,” tambah Iin.
 
Baca Juga:
5 Cara Menghilangkan Baret di Mobil, Bisa Pakai Lotion Anti Nyamuk

 
Saat ini, kapasitas produksi etanol nasional mencapai 180 ribu kiloliter per tahun. Namun, kebutuhan bioetanol di Indonesia untuk campuran E5 (etanol 5 persen) diperkirakan mencapai 1,9 juta kiloliter per tahun.
 
Dengan rencana penerapan E10 di masa depan, angka ini diproyeksikan akan berlipat ganda. Oleh karena itu, Pertamina NRE berencana membangun lebih banyak pabrik bioetanol untuk memperkecil kesenjangan antara suplai dan kebutuhan nasional.
 
Untuk menjamin ketersediaan bahan baku, Pertamina juga tengah melakukan studi pengembangan berbagai jenis tanaman energi selain tebu, seperti sorgum, nipah, dan tandan kosong kelapa sawit. Pendekatan ini diharapkan tidak akan mengganggu kebutuhan tebu nasional untuk pangan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UDA)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan