Joko Pramono selaku Wakil Ketua Umum Persatuan Angkat Besi dan Berat Indonesia (PABBSI) sangat kecewa mengetahui keputusan tersebut. Pasalnya, kelas 62 kg merupakan salah satu andalan timnya untuk mempersembahkan medali emas.
Klik: Sindhu Incar Gelar Perdana di All England
PABBSI secara pribadi memasang target dua emas di ajang Asian Games 2018. Harapan mereka jatuh kepada Eko Yuli Irawan yang tampil di kelas 62 kg putra dan Sri Wahyuni Agustiani yang turun di kelas 48 kg putri.
"Keputusan AWF mendadak sekali. Harusnya pencoretan kelas pertandingan itu menjangkau dunia. Tapi ini kenapa hanya level Asia saja," ujar Joko saat ditemui medcom.id di Jakarta, Rabu 21 Februari.
"Kemudian, semua negara juga tidak diajak duduk bersama untuk membicara rencana pencoretannya. Jadi yang memutuskannya itu hanya AWF dan komisi itu-itu saja," tambahnya.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Joko, AWF mencoret kelas pertandingan 62 kg karena para pesertanya rentan dengan penggunaan doping. Tapi menurutnya hal itu tidak masuk akal karena Eko Yuli selalu konsisten melakukan tes doping dan belum pernah punya catatan buruk menggunakan barang haram tersebut.
Klik: Jadwal tak Menentu, Daud Yordan Tetap Berlatih di Madrid
Jika kelas 62 kg tidak bisa dimainkan, maka bakal sulit bagi Eko untuk berprestasi. Sebab kata Joko, Eko sudah susah payah menjaga berat badan sambil berlatih keras setiap hari. Jika terpaksa berpartisipasi di kelas yang lebih tinggi atau lebih rendah, maka berbagai latihannya pun harus berubah.
"Kalau kelas 62 kg ini dihilangkan, Eko tentu kehilangan emas karena tidak bisa bertanding. Dia bisa saja turun ke kelas 56 kg atau naik ke kelas 69 kg, tapi nanti latihannya akan dari nol lagi," papar Djoko.
Sejatinya surat pencoretan kelas 62 kg sudah resmi diterbitkan sejak beberapa hari lalu namun, sampai saat ini Djoko dan PABBSI masih tetap berjuang. Salah satu caranya dengan mendorong Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan Panitia Penyelenggara Asian Games 2018 (Inasgoc) untuk memprotes AWF.
Menurut Djoko, protes PABBSI kurang kuat jika tidak dibantu KOI dan pemerintah. Menyikapi hal tersebut, Rosan P Roeslani selaku Ketum PABBSI dikatakan Joko juga sudah bertemu dengan Ketua KOI dan Inasgoc, Eric Thohir. Namun, hasilnya belum terlihat karena baru berupa rencana mengirimkan surat protes.
"Sebetulnya ini bukan permasalahan PABBSI saja karena yang butuh emas juga bangsa kita. Pemerintah sudah pasti harus peduli, kemudian Inasgoc dan KOI juga wajib bertindak tegas," ujar Djoko.
"Sejauh ini, Pak Rosan dan Pak Eric sudah bertemu. Katanya mereka (KOI) akan membuat surat keberatan kepada AWF. Jadi kita tunggu saja hasilnya," tambah Joko menutup.
Eko Yuli Irawan menyabet emas ketika melakoni test event Asian Games 2018 di JIE EXPO pada pekan lalu. Tren positif itu ia raih setelah membukukan total angkatan 295 kg yang rinciannya adalah 135 kg snatch dan 160 clean & jerk. Seusai laga, Pelatih angkat besi Indonesia, Dirja Wiharja, sempat mengatakan peluang Eko menyabet emas di event sesungguhnya sudah bertambah menjadi 60 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News