Waketum PB PABBSI, Joko Pramono menjelaskan protes pihaknya tersampaikan dengan baik melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Respons mereka dianggap cepat karena langsung mengirimkan surat kepada Dewan Olimpiade Asia (OCA) dan Federasi Angkat Besi Asia (AWF).
“Semua sudah ikut membantu, pemimpin-pemimpin juga sudah ikut turun tangan. Lewat mereka surat ke OCA maupun ke AWF sudah dikirimkan,” kata Joko kepada medcom.id via telepon, Rabu 28 Februari 2018.
AWF sengaja menghapus kelas 62 kg karena banyak ditemukan atlet yang terlibat doping. Eko Yuli Irawan selaku lifter andalan Indonesia memang tidak memiliki riwayat doping di kelas tersebut, namun dia tetap menjadi korban karena terancam gagal tampil di Asian Games 2018.
PABBSI punya tiga alternatif untuk Eko apabila kelas 62 tetap dihapus, yakni tidak membawanya ke Asian Games, tetap tampil tapi turun ke kelas 56 kg atau naik ke kelas 69 kg. Jika tetap dimainkan, artinya Eko harus menjalani pola latihan yang berbeda dan mengatur berat badannya.
Baca: Panel Independen Segera Laporkan Kasus Pengaturan Skor kepada BWF
Menurut Joko, kemungkinan besar Eko akan tetap tampil di kelas 69 kg. Tapi dia harus bersaing dengan rekan setimnya Deni dan Triyatno. Sebab, slot dari kelas tersebut hanya tersedia untuk satu orang saja dari PABBSI.
“Kami rugi kalau tiga-tiganya (Eko, Deni, dan Triyatno) dibawa. Soalnya, medali dari kelas 69 kg cuma satu. Tapi, Eko pernah melakukan total angkatan 330 kg ketika tampil di kelas 69 kg. Jadi, kita lihat saja perkembangan dia seperti apa,” pungkas purnawirawan Mayor Jenderal TNI tersebut.
Tak ingin ketinggalan update berita bola dan olahraga? Follow instagram kami @medcom_olahraga
Video: All England 2018 Jadi Momen Kembalinya Praveen/Debby
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News