Sejatinya, skuad AS tampak meyakinkan dengan diisi dua finalis 100m perseorangan Fred Kerley dan Ronnie Baker. Kemudian, terdapat Cravon Gillespie dan juara dunia Trayvon Bromell. Komposisi tersebut bahkan sempat efektif memenangi Kejuaraan Dunia Atletik 2019.
Namun terlepas dari kedalaman bakat yang ditampilkan, pergantian kedua yang mengejutkan membuat mereka kehilangan semua momentum dan Gillespie tidak bisa meloloskan timnya ke final karena Tiongkok finis pertama dengan catatan waktu 37,92 detik.
Kanada menduduki urutan kedua dengan jarak waktu dua perseribu detik di belakang Tiongkok, sedangkan Italia yang diperkuat juara baru Olimpiade nomor 100m putra, Lamont Marcell Jacobs, mencatat rekor nasional 37,95 detik untuk lolos ke final.
Jamaika memimpin semifinal satunya lagi dengan mencatat waktu kualifikasi tercepat 37,82 detik atau di depan Inggris yang menorehkan waktu 38,02 detik dan Jepang yang berada di urutan ketiga dengan 38,16 detik.
Setelah mendominasi nomor estafet 4x100m putra selama puluhan tahun, serangkaian diskualifikasi turut menyumbang kegagalan Amerika Serikat dalam memperoleh emas di nomor tersebut sejak 2000.
Kali ini bahkan menjadi kemunduran terbesar karena jauh di bawah standar bagi tim putra atletik Amerika Serikat yang biasanya paling kuat dalam cabang olahraga ini. (ANT/Reuters)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
