Keberhasilan Pogacar dan Roglic untuk mengakhiri kompetisi dengan menduduki peringkat pertama dan kedua juga menjadi untuk pertama kalinya dua pebalap dari satu negara finis di posisi tersebut pada Tour de France, setelah dua pebalap Britania Bradley Wiggins dan Chris Froome melakukan hal serupa pada 2012.
Pogacar juga memenangi tiga etape dalam salah satu penampilan paling brilian sepanjang sejarah Tour de France, untuk membuat tim Jumbo-Visma yang diperkuat Roglic harus menelan pil pahit.
"Kami tidak menyadarinya," kata rekan setim Roglic, Tom Dumoulin.
Bennett juga ukir sejarah
Bennett juga mengukir sejarah sebagai pebalap Irlandia pertama yang memenangi kaus hijau sejak Sean Kelly melakukan hal serupa pada 1989. Ia mengungguli Peter Sagan yang bertekad memenangi kaus itu untuk kedelapan kalinya.
Bennett menjadi yang tercepat pada etape ke-21 yang berjarak 122 kilometer dari Mantes la Jolie menuju Paris Champ-Elysees. Ia menyelesaikan balapan dengan catatan waktu 2 jam 53 menit 32 detik.
Pebalap Swiss Marc Hirschi terpilih sebagai pebalap paling agresif, setelah ia mengukir kemenangan brilian pada etape terpanjang tahun ini.
Tim Ineos-Grenadiers mengalami Tour de France yang ingin mereka lupakan, ketika juara bertahan Egan Bernal terdepak dari persaingan mempertahankan mahkota juara pada trek dari Jura menuju Grand Colombier akibat cedera pada punggungnya.
Meski demikian, tim itu masih dapat memulihkan harga dirinya ketika Michal Kwiatkowski memenangi etape ke-18.
Selebrasi di Paris Champ Elysees juga menjadi anti klimaks, karena hanya 5.000 penggemar yang diizinkan mendatangi tempat bersejarah itu sebagai antisipasi penyebaran Covid-19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News