Menurut layanan darurat Ukraina, invasi tersebut telah menewaskan lebih dari 2.000 warga sipil Ukraina dan menghancurkan ratusan bangunan termasuk rumah, rumah sakit, taman kanak-kanak dan fasilitas transportasi.
"Saya hacur karena tindakan yang telah terjadi selama beberapa hari terakhir terhadap dan di Ukraina," kata Azarenka dalam unggahan Twitter, Kamis (3/3/2022).
"Sungguh memilukan melihat banyak orang yang tidak bersalah telah terpengaruh dan terus terdampak oleh kekerasan seperti itu. Sejak masa kanak-kanak saya, saya bertemu orang Ukraina dan Belarus, serta kedua negara, ramah dan mendukung satu sama lain," tambahnya.
"Sulit untuk menyaksikan perpisahan dengan kekerasan yang saat ini terjadi alih-alih mendukung dan menemukan belas kasih satu sama lain." lanjut petenis berusia 32 tahun itu.
Sejak awal invasi, seperti dilansir Reuters, seluruh atlet Rusia dan Belarus dari semua cabor dilarang mengibarkan bendera dan membawa nama negaranya di berbagai kompetisi internasional, termasuk tenis. Oleh karena itu, Azarenka yang dua kali menjuarai ajang Grand Slam juga sangat menginginkan perdamaian.
"Hati saya bersama semua orang yang secara langsung dan tidak langsung terkena dampak perang yang menyebabkan rasa sakit dan penderitaan bagi banyak orang. Saya mengharapkan perdamaian dan mengakhiri perang," tutup Azarenka.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan, terdapat lebih dari 870.000 orang melarikan diri dari Ukraina sejak invasi Rusia dilancarkan pada pekan lalu. Situasi itu berpotensi menjadi krisis pengungsi terbesar di Eropa pada abad ini. (ANT)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News