Sayangnya hingga kini, impian itu belum bisa terealisasi karena masih terkendala biaya. Tapi menurut Eko, mimpi itu sejatinya bisa saja terwujud seandainya dia menyabet emas di Olimpiade Tokyo.
"Saya sudah menghitung jika besaran bonus medali emas Rp5 miliar atau sama dengan yang diberikan pemerintah saat Olimpiade 2016 Rio de Janeiro artinya cukup buat membeli lahan untuk dijadikan tempat latihan buat mencetak atlet angkat besi. Yah, kalau sekarang masih mikir-mikir," kata Eko dalam rilis pers Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Sabtu (7/8/2021).
Seperti diketahui, Eko yang kini berusia 32 tahun harus puas meraih perak di Olimpiade Tokyo. Tapi apabila berkaca pada bonus yang diterima di Rio 2016, Eko tetap diguyur bonus Rp2 miliar dari pemerintah pusat.
Namun jumlah bonus tersebut, lanjut Eko, belum cukup untuk membangun sasana. Terlebih harga tanah di Bekasi yang menjadi lokasi tempat tinggalnya sudah terbilang mahal.
"Saya akan coba diskusi dulu dengan keluarga karena keluarga juga sudah mengetahui rencana saya ingin punya tempat latihan," ujar Eko.
"Terus terang, saya sih ingin mencetak atlet angkat besi yang berprestasi dari tempat latihan sendiri. Istilahnya saya juga ingin ada regenerasi dari hasil karya sendiri," tambahnya.
Eko sudah empat kali ikut Olimpiade, tapi masih gagal menyabet emas. Rinciannya adalah hanya menyabe perunggu di Beijing 2008, perunggu di London 2012, perak di Rio 2016 dan perak dari Tokyo 2020.
Tapi, pria kelahiran Lampung itu mengaku belum menyerah mengejar mimpi dan masih ingin bersaing menjadi yang terbaik pada Olimpiade selanjutnya di Paris pada 2024.
"Mungkin jika mempertahankan medali (perak) masih sanggup, tapi merebut medali emas kita lihat dulu persiapannya seperti apa. Semoga bisa bersaing di Olimpiade Paris," tutup Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News