Ilustrasi sepak bola. (Foto: wsyperek/Pixabay)
Ilustrasi sepak bola. (Foto: wsyperek/Pixabay)

Pemerintah Dituntut Jalan Beriringan dengan PSSI dalam Transformasi Sepak Bola Indonesia

Kautsar Halim • 07 April 2023 14:51
Jakarta: Para pengamat sepak bola menilai pemerintah harus terus berjalan beriringan dengan PSSI dalam melakukan transformasi sepak bola nasional. Itu mereka sampaikan setelah FIFA hanya memberi sanksi ringan kepada Indonesia terkait kegagalan menggelar Piala Dunia U-20.
 
"Jangan biarkan PSSI sendirian. Transformasi sepak bola Indonesia adalah komitmen bersama yang harus dilaksanakan. Indonesia negara besar di dunia sepak bola internasional. Kita belum bisa berprestasi, namun FIFA melihat potensi yang dimiliki Indonesia," ujar  pengamat sepak bola M. Kusnaeni.
 
"Kita punya massa sepak bola fanatik yang berlimpah, mungkin yang terbaik di Asia. Sepak bola Eropa adalah masa kini, sementara masa depan ada di Asia dan Afrika. FIFA mencermati hal ini, jangan kecewakan mereka," tambah pria yang akrab disapa Bung Kus tersebut.

Transformasi sepak bola Indonesia harus dijalankan dengan serius, mengingat FIFA akan melakukan pengawasan. Perbaikan pun harus dilakukan di berbagai lini. Tak hanya mencakup infratruktur atau tata kelola kompetisi domestik, tapi juga pembinaan usia dini yang selama ini tak terurus dengan baik. 
 
"PSSI harus bekerja keras dan mendapat dukungan penuh," tutur pengamat sepak bola lainnya, Kesit Budi Handoyo.
 
Ia juga secara tegas menyebut kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 murni kesalahan pemerintah. "Ketidakmampuan pemerintah mengendalikan masalah berefek buruk ke PSSI. Beruntung kita masih selamat dan harus ada perubahan besar-besaran ke depannya," ujar Kesit.  
 
Hal krusial yang penting dilakukan ke depannya adalah memperjelas legal standing berkaitan dunia sepak bola Tanah Air dan cabang olahraga lain. Bung Kus berpendapat, PSSI harus duduk satu meja dengan organisasi olahraga lain untuk membahas hal tersebut dengan pemerintah. 
 
"Kita mau di posisi apa, bersaing secara regional atau puas dengan kondisi saat ini. Maksudnya, kalau kita mau menggelar hajatan besar olahraga internasional, posisi politiknya harus tegas. Jangan lagi kejadian seperti Piala Dunia U-20," kata Bung Kus.
 
"Kasihan PSSI, sudah capek-capek bidding hingga akhirnya berhasil, namun akhirnya gagal jadi tuan rumah karena penolakan berbagai elemen terhadap Israel. Mereka harus dibentengi menghadapi kasus-kasus ini ke depannya," tambahnya.
 
Sementara itu, Akmal Marhali selaku pengamat sepak bola dan Koordinator Save Our Soccer (SOS) mendorong pemerintah untuk memisahkan politik dan sepak bola di masa mendatang. Dia tidak ingin, kesempatan menjadi tuan rumah yang sudah di depan mata malah gagal gegara situasi politik.
 
"Jangan sampai terjadi lagi PDIP alias Piala Dunia Isinya Politik. Apa yang terjadi kemarin, berkaitan dengan Piala Dunia U-20 memalukan. Beruntung lewat lobi-lobi ciamik, FIFA tidak menghukum Indonesia dengan sanksi berat," papar Akmal.
 
"Jika ke depan kejadian lagi, sulit buat kita berkelit. Pemerintah harus berkomitmen terhadap sepak bola, tidak dimasuki intervensi politik,” sambungnya.
 
Seiring terbebas dari sanksi dikucilkan sepak bola internasional, para pengamat berharap PSSI bisa mengupayakan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-17. Sebab, FIFA baru saja membatalkan pelaksanaan event tersebut di Peru, karena ketidaksiapan pemerintah di sana 
 
"Piala Dunia U-17 momentum bagus buat Indonesia. PSSI dan pemerintah bisa memulihkan nama baik. Sejatinya kita siap menggelarnya. Jika FIFA benar-benar kemudian mempercayai kita jadi tuan rumah Piala Dunia U-17, mohon dengan sangat agar kepercayaan ini bisa dilaksanakan dengan baik. Jangan sampai kita terpeleset untuk kedua kalinya," ucap Kusnaeni diamini Kesit dan Akmal.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KAH)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan