Bukan hanya karena paket mobil berkemampuan terbatas, namun juga karena rekan setimnya sangat tangguh yaitu Pascal Wehrlein. Belum lagi beban biaya yang harus dibayarkan kepada tim Manor Racing sebagai pay driver.
Saat masuk ke ajang balap jet darat itu pertengahan Februari 2016, masyarakat Indonesia sontak menyambut gegap gempita adanya pembalap nasional di ajang tersebut. Meski selalu kalah saat balapan, namun di sesi kualifikasi, Ia selalu mampu menunjukkan performa terbaiknya.
Mengawali musim balap di F1 Australia, Rio mengalami masalah teknis di mobilnya. Kondisi ini membuat pembalap muda tersebut harus rela pulang dengan tangan kosong. Tapi ambisi untuk konsisten masuk di zona finish, mampu Ia lakukan di dua seri berikutnya.
Sayang, performa rekan setimnya (Pascal Wehrlein) selalu lebih baik dari pencapaiannya selama berlaga di F1. Pencapaian terbaik RIo datang di seri Monako. Ia finish di urutan 15 dan memberikan sedikit harapan bisa tampil lebih baik di seri-seri berikutnya. Namun hasilnya masih tetap sama. Alumni tim Campos Racing itu tetap tak berkutik dari rekan setimnya.
Menjelang pertengahan musim, peringatan pelunasan pembayaran dari Manor Racing pun datang dan cukup telak. Kali ini Rio benar-benar akan diganti dengan pembalap lain jika sisa dana untuk tampil semusim penuh tak Ia bayar. Hingga akhirnya hal itu benar-benar terjadi. F1 Jerman jadi laga terakhirnya di balap ini sebelum diturunkan dari jabatan pembalap utama di tim tersebut.
Pertamina sebagai sponsor utamanya hanya mampu membayar separuh biaya yang setara dengan angka Rp225 milliar itu. Sementara sisa pembayaran yang kabarnya bakal dibantu pemerintah, tak kunjung datang. Hingga akhirnya karir Rio di tahun pertama harus kandas.
Baca juga:
Pembalap Muda Masuk F1, Villeneuve: Ini Kesalahan Besar!
Ban Baru F1 2017, Lebih Lebar 25 Persen
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News