Kerja yang telah ditunaikan di tahun sebelumnya bukan seperti lembaran buku yang ditutup. Kerja itu menjadi pilarpilar penopang bangunan bangsa yang makin menjulang.
Sejumlah pilar penting itu pula yang kita bangun di 2015.Pilar itu ialah suksesnya pemilihan umum kepala daerah (pilkada) serentak, pembangunan infrastruktur yang makin masif, kian aktifnya negara merawat keberagaman, serta terajutnya kembali mata rantai hubungan antara pusat dan daerah yang selama ini nyaris terputus.
Pilkada yang dilakukan pada 9 Desember 2015 bahkan menjadi sejarah karena merupakan ajang pilkada terbesar di Tanah Air. Jumlah 264 daerah yang menggelar pilkada melebihi 50% dari total 514 daerah di Indonesia. Semuanya berlangsung relatif lancar tanpa gejolak berarti.
Meski ada 88 kasus sengketa pilkada itu dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi, secara umum proses demokrasi yang dijalani secara lancar tersebut ialah modal sosial yang amat berharga bagi bangsa. Pilkada 2015 juga memperlihatkan kecenderungan positif lain, yakni dengan terpilihnya 46 perempuan sebagai pemimpin. Terpilihnya mereka menjadi bukti akan semakin majunya kesetaraan gender di masyarakat. Pilar penting lainnya ialah pembangunan infrastruktur yang kian gencar dan merata di sejumlah wilayah. Mulai pembangunan jalan, pelabuhan, jalur kereta, transportasi massal, hingga pembangunan di wilayah yang selama ini termarginalkan, baik di pelosok maupun di perbatasan, semua berlangsung relatif lancar. Salah satunya karena kian terselesaikannya eksekusi lahan yang kerap jadi penghalang.
Tidak mengherankan jika hasil survei Bank Dunia menunjukkan peringkat daya saing infrastruktur kita melompat tajam dari posisi 72 pada 2014 menjadi 62 di 2015. Kendati belum menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara, peringkat itu masuk ke level menengah dari lebih 130 negara.
Capaian penting lainnya bagi bangsa ini di 2015 ialah kian meningkatnya kesadaran akan kemajemukan. Nyaris tidak ditemukan konflik besar berlatar belakang keagamaan atau keyakinan yang berakibat pada terkoyaknya keragaman.Kalaupun terjadi, seperti kasus pembakaran rumah ibadah di Tolikara, Papua, ia bisa segera diatasi.
Itu karena negara makin aktif hadir membumikan toleransi sehingga kesadaran akan keberagaman kembali bertumbuh serta makin berkurangnya kesempatan kelompok intoleran untuk `menguasai' panggung Republik ini.
Sama halnya dengan terajutnya kembali koordinasi antara pusat dan daerah yang selama ini kerap menjadi persoalan.Sepanjang 2015, pertemuan antara pusat dan daerah berlangsung intensif. Nyaris tidak terdengar lagi `pembangkangan' daerah atas pusat.
Sejumlah modal di 2015 tersebut telah menjadi setitik cahaya di antara sejumlah kelam bencana ataupun kasus etika yang mencoreng lembaga tinggi negara. Ia juga menjadi penghidup harapan di tengah perekonomian yang melambat.
Sudah sepantasnya seluruh anak bangsa bersama menjaga segala hasil kerja tahun ini agar kita bisa memanennya di tahun depan.
