Jakarta: Wakil Ketua Komisi III Ahmad Sahroni meminta korban kekerasan seksual tak takut bersuara. Keterbukaan penting guna memberikan keadilan bagi para korban.
"Para korban jangan takut untuk speak up atas kasus kekerasan seksual atau apapun itu yang dialaminya baik secara online maupun offline," kata Sahroni di Jakarta, Selasa, 11 Agustus 2020.
Ia menyoroti banyaknya korban kekerasan seksual yang buka suara di media sosial. Fenomena ini dinilai positif untuk membawa keadilan bagi para korban.
Sahroni mengakui masih ada stigma negatif masyarakat terhadap para korban kekerasan seksual. Namun, fenomena banyaknya korban yang mau bersuara bisa jadi jalan membuka pandangan masyarakat.
"Menurut saya, justru di sinilah kita bisa mulai membuka mata masyarakat untuk mendukung korban, dan menghindari victim blaming," ucap legislator Partai NasDem itu.
Sahroni menambahkan, selama ini penanganan hukum atas kekerasan seksual masih dilakukan berdasarkan pada KUHP. Padahal, banyak pihak menilai diperlukannya pengesahan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) untuk payung hukum yang lebih kuat. Sejak awal, Sahroni sudah mendesak agar RUU PKS segera disahkan.
"Saya menyayangkan bahwa pembahasan RUU-nya harus tertunda, mengingat maraknya kasus kekerasan seksual yang ada di Indonesia. Namun mungkin prosesnya memang butuh waktu," ujarnya.
Baca: Kasatreskrim Polres Selayar Dicopot karena Diduga Lecehkan Polwan
Sahroni memastikan akan terus mendorong agar RUU PKS segera disahkan. Ia juga berharap para korban kekerasan seksual tak takut melaporkan kasus yang dihadapi.
"Jadi silakan laporkan saja kasus yang dihadapi dan kami akan mendorong agar segera ditindaklanjuti dan diberi perhatian khusus," ungkapnya.
Jakarta: Wakil Ketua Komisi III Ahmad Sahroni meminta korban kekerasan seksual tak takut bersuara. Keterbukaan penting guna memberikan keadilan bagi para korban.
"Para korban jangan takut untuk
speak up atas kasus kekerasan seksual atau apapun itu yang dialaminya baik secara
online maupun
offline," kata Sahroni di Jakarta, Selasa, 11 Agustus 2020.
Ia menyoroti banyaknya korban kekerasan seksual yang buka suara di media sosial. Fenomena ini dinilai positif untuk membawa keadilan bagi para korban.
Sahroni mengakui masih ada stigma negatif masyarakat terhadap para korban kekerasan seksual. Namun, fenomena banyaknya korban yang mau bersuara bisa jadi jalan membuka pandangan masyarakat.
"Menurut saya, justru di sinilah kita bisa mulai membuka mata masyarakat untuk mendukung korban, dan menghindari
victim blaming," ucap legislator Partai NasDem itu.
Sahroni menambahkan, selama ini penanganan hukum atas kekerasan seksual masih dilakukan berdasarkan pada KUHP. Padahal, banyak pihak menilai diperlukannya pengesahan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS) untuk payung hukum yang lebih kuat. Sejak awal, Sahroni sudah mendesak agar RUU PKS segera disahkan.
"Saya menyayangkan bahwa pembahasan RUU-nya harus tertunda, mengingat maraknya kasus kekerasan seksual yang ada di Indonesia. Namun mungkin prosesnya memang butuh waktu," ujarnya.
Baca: Kasatreskrim Polres Selayar Dicopot karena Diduga Lecehkan Polwan
Sahroni memastikan akan terus mendorong agar RUU PKS segera disahkan. Ia juga berharap para korban kekerasan seksual tak takut melaporkan kasus yang dihadapi.
"Jadi silakan laporkan saja kasus yang dihadapi dan kami akan mendorong agar segera ditindaklanjuti dan diberi perhatian khusus," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
