medcom.id, Jakarta: Bangsa Indonesia sangat memerlukan internalisasi dan konseptualisasi Pancasila. Gagasan tersebut menjadi penting karena tantangan zaman semakin kompleks.
Sekretaris Jenderal MPR Ma’ruf Cahyono menerangkan permasalahan yang semakin kompleks antara lain derasnya arus globalisasi menggerus nilai-nilai luhur dalam Pancasila seperti toleransi, gotong royong, dan musyawarah yang sepertinya mulai ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Melihat begitu pentingnya peran Pancasila dalam kehidupan bangsa, MPR melakukan kajian akademik dengan berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Jenderal Soedirman. Hal ini sesuai Keputusan MPR Nomor 4 Tahun 2014 untuk melakukan kajian ketatanegaraan, salah satu rekomendasinya diperlukan kajian menyeleluruh tentang internalisasi dan konseptualisasi Pancasila,” kata Ma’ruf melalui keterangan tertulis, Jakarta, Selasa 7 November 2017.
Hasil penelitian nanti, lanjut Ma’ruf, akan memiliki fungsi sebagai daya tahan nasional, daya saing, dan sebagai media untuk mencerdaskan masyarakat lewat gagasan alternatif yang ditawarkan.
"Saya harap, hasil penelitian tidak hanya bagus dalam penulisan laporan tetapi juga mampu masuk dalam ruang bangsa dan kebijakan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Peneliti Universitas Jenderal Soedirman M. Fauzan mengungkapkan kerja sama penelitian MPR dan Universitas Jenderal Soedirman tentang Penguatan Sistem Demokrasi Pancasila berlangsung dari Agustus 2017 hingga November 2017.
Sedangkan hasil penelitian, seperti dipaparkan Tim Peneliti, dibagi dalam tiga topik yakni internalisasi Pancasila dalam konsep haluan negara, aktualisasi Pancasila dalam perumusan peraturan perundang-undangan, dan aktualisasi Pancasila dalam perumusan kebijakan ekonomi.
medcom.id, Jakarta: Bangsa Indonesia sangat memerlukan internalisasi dan konseptualisasi Pancasila. Gagasan tersebut menjadi penting karena tantangan zaman semakin kompleks.
Sekretaris Jenderal MPR Ma’ruf Cahyono menerangkan permasalahan yang semakin kompleks antara lain derasnya arus globalisasi menggerus nilai-nilai luhur dalam Pancasila seperti toleransi, gotong royong, dan musyawarah yang sepertinya mulai ditinggalkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Melihat begitu pentingnya peran Pancasila dalam kehidupan bangsa, MPR melakukan kajian akademik dengan berbagai perguruan tinggi seperti Universitas Jenderal Soedirman. Hal ini sesuai Keputusan MPR Nomor 4 Tahun 2014 untuk melakukan kajian ketatanegaraan, salah satu rekomendasinya diperlukan kajian menyeleluruh tentang internalisasi dan konseptualisasi Pancasila,” kata Ma’ruf melalui keterangan tertulis, Jakarta, Selasa 7 November 2017.
Hasil penelitian nanti, lanjut Ma’ruf, akan memiliki fungsi sebagai daya tahan nasional, daya saing, dan sebagai media untuk mencerdaskan masyarakat lewat gagasan alternatif yang ditawarkan.
"Saya harap, hasil penelitian tidak hanya bagus dalam penulisan laporan tetapi juga mampu masuk dalam ruang bangsa dan kebijakan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Tim Peneliti Universitas Jenderal Soedirman M. Fauzan mengungkapkan kerja sama penelitian MPR dan Universitas Jenderal Soedirman tentang Penguatan Sistem Demokrasi Pancasila berlangsung dari Agustus 2017 hingga November 2017.
Sedangkan hasil penelitian, seperti dipaparkan Tim Peneliti, dibagi dalam tiga topik yakni internalisasi Pancasila dalam konsep haluan negara, aktualisasi Pancasila dalam perumusan peraturan perundang-undangan, dan aktualisasi Pancasila dalam perumusan kebijakan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)
