Jakarta: Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah memikirkan untuk mengganti alat coblos saat pemungutan suara Pilkada 2020. Paku yang biasanya menjadi alat untuk mencoblos dianggap rawan menimbulkan penularan covid-19.
"Kita ingin menghidari jangan sampai paku dipegang banyak orang. Kami kemarin kepikiran menggunakan alat coblos sekali pakai," ujar Ketua KPU Arief Budiman dalam diskusi virtual, Jakarta, Kamis, 28 Mei 2020.
Arief menggambarkan alat tersebut serupa tusuk gigi, namun memiliki ujung yang lebih besar seperti sumpit. Tujuannya, agar menghasilkan lubang yang cukup besar untuk memastikan surat suara sah.
KPU juga akan menggunakan tinta yang disesuaikan dengan kondisi pandemi covid-19. Ada dua opsi metode penggunaan tinta yang diyakini dapat menjamin keselamatan pemilih dari covid-19.
"Tinta tetes, seperti penggunaan hand sanitizer, ada petugas yang meneteskan kepada pemilih dan tita semprot," jelasnya.
Dia menyadari terbosoan baru itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun, penyelenggaran pilkada yang dijadwalkan pada Desember 2020 harus sesuai dengan kenormalan baru.
"Kalau menjalani new normal, syarat yang diberikan KPU harus dipenuhi," imbuhnya.
Baca: Pilkada Serentak Diputuskan Digelar 9 Desember 2020
Pelaksanaan pilkada serentak tetap berlangsung pada Desember 2020. Pilkada berjalan mengutamakan protokol kesehatan pencegahan covid-19 atau merujuk pada kegiatan new normal.
"Pilkada 2020 yang akan dilaksanakan pada Desember tetap kita laksanakan, namun protokol kesehatan kita komunikasikan dan koordinasikan," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam rapat kerja dan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR, Jakarta, Rabu, 27 Mei 2020.
Jakarta: Komisi Pemilihan Umum (KPU) tengah memikirkan untuk mengganti alat coblos saat pemungutan suara Pilkada 2020. Paku yang biasanya menjadi alat untuk mencoblos dianggap rawan menimbulkan penularan covid-19.
"Kita ingin menghidari jangan sampai paku dipegang banyak orang. Kami kemarin kepikiran menggunakan alat coblos sekali pakai," ujar Ketua KPU Arief Budiman dalam diskusi virtual, Jakarta, Kamis, 28 Mei 2020.
Arief menggambarkan alat tersebut serupa tusuk gigi, namun memiliki ujung yang lebih besar seperti sumpit. Tujuannya, agar menghasilkan lubang yang cukup besar untuk memastikan surat suara sah.
KPU juga akan menggunakan tinta yang disesuaikan dengan kondisi pandemi covid-19. Ada dua opsi metode penggunaan tinta yang diyakini dapat menjamin keselamatan pemilih dari covid-19.
"Tinta tetes, seperti penggunaan
hand sanitizer, ada petugas yang meneteskan kepada pemilih dan tita semprot," jelasnya.
Dia menyadari terbosoan baru itu memerlukan biaya yang tidak sedikit. Namun, penyelenggaran pilkada yang dijadwalkan pada Desember 2020 harus sesuai dengan kenormalan baru.
"Kalau menjalani new normal, syarat yang diberikan KPU harus dipenuhi," imbuhnya.
Baca: Pilkada Serentak Diputuskan Digelar 9 Desember 2020
Pelaksanaan pilkada serentak tetap berlangsung pada Desember 2020. Pilkada berjalan mengutamakan protokol kesehatan pencegahan covid-19 atau merujuk pada kegiatan new normal.
"Pilkada 2020 yang akan dilaksanakan pada Desember tetap kita laksanakan, namun protokol kesehatan kita komunikasikan dan koordinasikan," kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dalam rapat kerja dan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR, Jakarta, Rabu, 27 Mei 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
