medcom.id, Jakarta: Calon anggota legislatif (caleg) mengaku lebih mudah menawarkan dangdut ketimbang visi politik kepada pemilih.
"Saat kami kampanye, paling hanya 10 menit berorasi atau berbicara tentang politik lalu mereka bubar bahkan sebelum orasi sudah bubar. Makanya lebih menawarkan musik seperti dangdut," ujar caleg Partai Gerindra Habiburokhman di Jakarta, Minggu (6/4).
Sedangkan mengenai masih maraknya pelanggaran kampanye, menurut dia, tidak bisa dilepaskan dari aturan yang tidak disertai sanksi. "Secara terminologi hukum, aturan itu belum bisa disebut aturan masih tumpul, tanpa ada sanksi yang jelas,"cetusnya.
Dia menambahkan, aturan dan cara berkampanye harusnya menjadi prioritas dalam aturan yang diterapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Kampanye terbuka menurutnya tidak efektif dan sebagai bentuk warisan Orde Baru. (Sri Utami)
medcom.id, Jakarta: Calon anggota legislatif (caleg) mengaku lebih mudah menawarkan dangdut ketimbang visi politik kepada pemilih.
"Saat kami kampanye, paling hanya 10 menit berorasi atau berbicara tentang politik lalu mereka bubar bahkan sebelum orasi sudah bubar. Makanya lebih menawarkan musik seperti dangdut," ujar caleg Partai Gerindra Habiburokhman di Jakarta, Minggu (6/4).
Sedangkan mengenai masih maraknya pelanggaran kampanye, menurut dia, tidak bisa dilepaskan dari aturan yang tidak disertai sanksi. "Secara terminologi hukum, aturan itu belum bisa disebut aturan masih tumpul, tanpa ada sanksi yang jelas,"cetusnya.
Dia menambahkan, aturan dan cara berkampanye harusnya menjadi prioritas dalam aturan yang diterapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Kampanye terbuka menurutnya tidak efektif dan sebagai bentuk warisan Orde Baru. (Sri Utami)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HNR)
