Jakarta: Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri meminta hasil riset menjadi penentu arah keputusan pembangunan. Sebab, selama ini hasil riset hanya sebatas menjadi masukan.
"Riset belum menjadi arus utama kebijakan pembangunan," kata Megawati dalam dialog nasional 'Meningkatkan Inovasi Iptek untuk Mendorong Industri Dalam Negeri Mewujudkan Ekonomi Pancasila', di Auditorium BPPT, Gedung II BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu, 9 Mei 2018.
Saat ini, kata dia, anggota dewan di Senayan sedang merevisi Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ia berharap revisi ini membuat hasil riset menjadi acuan dalam pengambilan keputusan.
"Bisa anda bayangkan riset kembali diputuskan sebagai masukan dalam keputusan pembangunan. Jika sebagai masukan apakah ada kepastian perlindungan dan penguatan kepada peneliti," ujar dia.
Baca: Mega Ingin Indonesia Kembali Memiliki GBHN
Menurut dia, jika hasil riset sebatas untuk masukan, perekayasa dan periset digiring hanya untuk target publikasi. Ia menilai langkah itu tak membuat Indonesia maju.
"Mungkinkah Indonesia menjadi negara industri maju yang menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat," kata dia.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/ob3pWwXk" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri meminta hasil riset menjadi penentu arah keputusan pembangunan. Sebab, selama ini hasil riset hanya sebatas menjadi masukan.
"Riset belum menjadi arus utama kebijakan pembangunan," kata Megawati dalam dialog nasional 'Meningkatkan Inovasi Iptek untuk Mendorong Industri Dalam Negeri Mewujudkan Ekonomi Pancasila', di Auditorium BPPT, Gedung II BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Rabu, 9 Mei 2018.
Saat ini, kata dia, anggota dewan di Senayan sedang merevisi Undang-undang (UU) Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ia berharap revisi ini membuat hasil riset menjadi acuan dalam pengambilan keputusan.
"Bisa anda bayangkan riset kembali diputuskan sebagai masukan dalam keputusan pembangunan. Jika sebagai masukan apakah ada kepastian perlindungan dan penguatan kepada peneliti," ujar dia.
Baca: Mega Ingin Indonesia Kembali Memiliki GBHN
Menurut dia, jika hasil riset sebatas untuk masukan, perekayasa dan periset digiring hanya untuk target publikasi. Ia menilai langkah itu tak membuat Indonesia maju.
"Mungkinkah Indonesia menjadi negara industri maju yang menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(FZN)
