Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut ada sejumlah hal yang harus dimiliki sosok pendamping Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Selain elektabilitas, sosok pendamping harus siap jika diminta menjadi Presiden.
Kalla menjelaskan, elektabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki pendamping Jokowi kelak. Tapi, tak cuma elektabilitas, sosok pendamping harus bisa menambah suara yang sudah dipegang Jokowi.
"Jadi harus dikenal, harus baik, harus ada pemilihnya. (Lalu) Harus bisa menjadi (sosok) Presiden," kata Kalla di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin, 26 Februari 2018.
Kalla mengatakan, dua dari tujuh Presiden Indonesia pernah berhadapan dengan situasi ini. Presiden BJ Habibie misalnya, pernah diminta menjadi presiden saat Presiden Suharto mundur karena desakan masyarakat. Saat itu, Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden.
(Baca juga: Novanto Sebut Gatot Cocok Mendampingi Jokowi)
Hal yang sama juga dialami Presiden kelima Indonesia Megawati Sukarnoputri. Sebelum menjabat sebagai Presiden, Megawati merupakan Wakil Presiden yang mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Megawati juga menggantikan posisi Gus Dur yang dilengserkan MPR.
"Artinya tokoh itu harus matang, karena pengalaman Pak Habibie dan Bu Mega kalau (dia) tidak siap bagaimana?" tanya Kalla.
Selain itu, sosok pendamping Jokowi harus memiliki pengalaman di pemerintahan. Kalla khawatir jika sosok yang ditunjuk akan mengalami kesulitan mengatur pemerintahan jika tak berpengalaman.
Ketika ditanya latar belakang yang dinilai cocok mendampingi Jokowi, Kalla menjawab diplomatis. "Terserah, boleh birokrat, boleh politisi, boleh profesional," tukas Kalla.
(Baca juga: Kader PDI Perjuangan Berpeluang Mendampingi Jokowi)
Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut ada sejumlah hal yang harus dimiliki sosok pendamping Joko Widodo dalam Pilpres 2019. Selain elektabilitas, sosok pendamping harus siap jika diminta menjadi Presiden.
Kalla menjelaskan, elektabilitas merupakan hal penting yang harus dimiliki pendamping Jokowi kelak. Tapi, tak cuma elektabilitas, sosok pendamping harus bisa menambah suara yang sudah dipegang Jokowi.
"Jadi harus dikenal, harus baik, harus ada pemilihnya. (Lalu) Harus bisa menjadi (sosok) Presiden," kata Kalla di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Senin, 26 Februari 2018.
Kalla mengatakan, dua dari tujuh Presiden Indonesia pernah berhadapan dengan situasi ini. Presiden BJ Habibie misalnya, pernah diminta menjadi presiden saat Presiden Suharto mundur karena desakan masyarakat. Saat itu, Habibie menjabat sebagai Wakil Presiden.
(Baca juga:
Novanto Sebut Gatot Cocok Mendampingi Jokowi)
Hal yang sama juga dialami Presiden kelima Indonesia Megawati Sukarnoputri. Sebelum menjabat sebagai Presiden, Megawati merupakan Wakil Presiden yang mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid alias Gusdur. Megawati juga menggantikan posisi Gus Dur yang dilengserkan MPR.
"Artinya tokoh itu harus matang, karena pengalaman Pak Habibie dan Bu Mega kalau (dia) tidak siap bagaimana?" tanya Kalla.
Selain itu, sosok pendamping Jokowi harus memiliki pengalaman di pemerintahan. Kalla khawatir jika sosok yang ditunjuk akan mengalami kesulitan mengatur pemerintahan jika tak berpengalaman.
Ketika ditanya latar belakang yang dinilai cocok mendampingi Jokowi, Kalla menjawab diplomatis. "Terserah, boleh birokrat, boleh politisi, boleh profesional," tukas Kalla.
(Baca juga:
Kader PDI Perjuangan Berpeluang Mendampingi Jokowi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(REN)
