Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy-Metrotvnews.com/Githa Farahdina
Ketua Umum DPP PPP Romahurmuziy-Metrotvnews.com/Githa Farahdina

Romahurmuziy: Pembangunan Apartemen DPR Belum Diperlukan

Antara • 14 Agustus 2017 11:45
medcom.id, Surabaya: Pembangunan gedung baru parlemen serta apartemen untuk anggota DPR belum diperlukan. Sebab, masih ada gedung yang belum optimal pemakaiannya.
 
"Soal gedung dan lain-lain biar nanti saja. Kalau sekarang dicukupkan dulu dengan gedung yang sudah ada. Karena banyak juga gedung yang tidak terlalu optimal penggunaannya," ujar Ketua DPP PPP Romahurmuziy di Surabaya, Senin 14 Agustus 2017.
 
DPR diminta menunjukkan kinerjanya dengan hasil nyata lebih dulu. Karena program legislasi nasional atau prolegnas yang telah ditetapkan DPR masih banyak yang tertinggal.

"Mungkin dengan adanya kinerja yang bisa ditunjukkan itu masyarakat bisa melihat jika memang kinerjanya sudah bagus, dan sudah sesuai apa yang diharapkan," jelasnya.
 
Baca: Apartemen dan Gedung DPR masih Wacana
 
Dia mengatakan, selama hampir tiga tahun terakhir DPR lebih banyak disibukkan dengan wacana seputar dirinya sendiri. Di awal periode kali ini sibuk seputar kompetisi KIH-KMP (Koalisi Indonesia Hebat versus Koalisi Merah Putih).
 
"Kemudian setelahnya ada pergantian pimpinan DPR yang naik-turun. Sementara kinerja nyata yang menjadi tugas utama belum seluruhnya tercapai, maka sebaiknya konsentrasi dulu," ujar dia.
 
Baca: Fadli Setuju Bangun Apartemen untuk Anggota DPR
 
Romahurmuziy menilai pembangunan gedung baru mungkin baru diperlukan untuk DPR periode 2019. Karena akan ada tambahan jumlah anggota DPR sesuai yang diatur UU Pemilu. "Kalau untuk DPR periode saat ini dicukupkan saja dengan apa yang ada," terangnya.
 
Baca: Fahri Ingin Kompleks DPR di Kalibata Dikosongkan
 
Romahurmuziy juga mengatakan, saat ini sudah tersedia 560 rumah dinas bagi anggota DPR, yang jaraknya tidak terlampau jauh dari gedung parlemen.
 
"Jaraknya paling cuma sembilan kilometer (rumah dinas di Kalibata). Sedangkan rumah dinas yang di Kedoya kurang dari itu. Kalau kemacetan di Jakarta ke depan semakin tidak terkendali baru bisa dipikirkan kembali," jelas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan