medcom.id, Jakarta: Sebagai bangsa bahari, masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran maritim. Menurut Gubernur Lemhanas, Budi Susilo Soepandji, hal tersebut merupakan kunci keberhasilan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi.
"Maka dari Itu harus ada kesadaran maritim sebagai bangsa bahari," ujar Budi Susilo Soepandji saat simposium kemaritiman di gedung Lemhanas, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2014).
Menurut Budi, keberhasilan Indonesia di era globalisasi tergantung dari cara masyarakatnya dalam memandang ruang hidup yang ditempatinya. Jadi, lanjutnya, meskipun sumber daya alam Indonesia melimpah dengan pertahanan kuat, semuanya akan menjadi sia-sia jika masyarakatnya tidak memiliki pola pikir kemaritiman.
"Saya bangga saat pameran alusista kemarin, tapi itu tidak ada gunanya jika masyarakatnya tidak punya kesadaran maritim," Imbuh Budi.
Budi berharap, melalui simposium kemaritiman ini, nantinya bisa menghasilkan tataran konseptual tentang kemaritiman yang kuat. Selanjutnya, menurutnya, tinggal dioperasionalkan ke dalam tataran praktik untuk masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan supaya Indonesia menjadi poros maritim dunia.
Ia mengatakan, hampir 50 persen perdagangan global dilakukan di perairan Indonesia. Indonesia pun dirasa perlu merancang suatu kebijakan yang membahas khusus tentang kemaritiman. Menurut Budi, nantinya kawasan Asia Pasifik akan tumbuh menjadi pusat geopolitik, termasuk Indonesia. Karenanya, dalam implementasinya perlu membuat kebijakan yang mempertimbangkan potensi geo ekonomi juga.
"Selain itu berfungsi sebagai medium transportasi, ideologi dan pertahanan," imbuhnya
Budi memaparkan bahwa laut adalah media yang dapat mempersatukan satu pulau ke pulau lain di Indonesia. Jadi, kebijakan strategi yang merujuk geopolitik dan geo ekonomi untuk menjadi negara maritim pastinya akan membuat bangsa Indonesia disegani di kalangan internasional.
medcom.id, Jakarta: Sebagai bangsa bahari, masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran maritim. Menurut Gubernur Lemhanas, Budi Susilo Soepandji, hal tersebut merupakan kunci keberhasilan bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi globalisasi.
"Maka dari Itu harus ada kesadaran maritim sebagai bangsa bahari," ujar Budi Susilo Soepandji saat simposium kemaritiman di gedung Lemhanas, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2014).
Menurut Budi, keberhasilan Indonesia di era globalisasi tergantung dari cara masyarakatnya dalam memandang ruang hidup yang ditempatinya. Jadi, lanjutnya, meskipun sumber daya alam Indonesia melimpah dengan pertahanan kuat, semuanya akan menjadi sia-sia jika masyarakatnya tidak memiliki pola pikir kemaritiman.
"Saya bangga saat pameran alusista kemarin, tapi itu tidak ada gunanya jika masyarakatnya tidak punya kesadaran maritim," Imbuh Budi.
Budi berharap, melalui simposium kemaritiman ini, nantinya bisa menghasilkan tataran konseptual tentang kemaritiman yang kuat. Selanjutnya, menurutnya, tinggal dioperasionalkan ke dalam tataran praktik untuk masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan supaya Indonesia menjadi poros maritim dunia.
Ia mengatakan, hampir 50 persen perdagangan global dilakukan di perairan Indonesia. Indonesia pun dirasa perlu merancang suatu kebijakan yang membahas khusus tentang kemaritiman. Menurut Budi, nantinya kawasan Asia Pasifik akan tumbuh menjadi pusat geopolitik, termasuk Indonesia. Karenanya, dalam implementasinya perlu membuat kebijakan yang mempertimbangkan potensi geo ekonomi juga.
"Selain itu berfungsi sebagai medium transportasi, ideologi dan pertahanan," imbuhnya
Budi memaparkan bahwa laut adalah media yang dapat mempersatukan satu pulau ke pulau lain di Indonesia. Jadi, kebijakan strategi yang merujuk geopolitik dan geo ekonomi untuk menjadi negara maritim pastinya akan membuat bangsa Indonesia disegani di kalangan internasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)
