Jakarta: Anggota Komisi I DPR Effendi Simbolon mengusulkan agar pembiayaan sektor pertahanan Indonesia tak hanya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Usulan itu disampaikan mengatasi keterbatasan anggaran pertahanan negara.
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, anggaran pertahanan negara hanya bersumber dari APBN. Hal itu tercantum dalam Pasal 66 UU TNI.
"Sehingga ada pemikiran kita apakah mungkin ada celah diberikan (anggaran TNI dari luar APBN)," kata Effendi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 8 September 2022.
Salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu TNI memenuhi anggarannya yaitu pengelolaan sumber daya alam. Seperti pengelolaan tambang batu bara.
Apalagi, kata Effendi, harga batu bara internasional cukup tinggi. Mengutip Bursa ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Juli 2022 sebesar USD346,4 per ton. Nilai tersebut naik sekitar 51,17 persen ketimbang Maret 2022 sebesar USD198,30 per ton.
"Coba kalau dia (TNI) memproduksi 100 juta ton aja, kebutuhan renbut (rencana dan kebutuhan) anggaran TNI tadi gak perlu lagi seperti ini," ungkap dia.
Effendi menjelaskan kondisi pembahasan anggaran TNI dalam setiap APBN. Realisasi anggaran yang diberikan selalu jauh dibawah pengajuan karena keterbatasan uang negara.
"Pak Prabowo atau Pak Andika membutuhkan Rp400 triliun setahun, tapi yang dikasih cuma Rp150 triliun, itu pun 50 persen habis untuk biaya rutin. Kenapa gak dicarikan sumber pembiayaan," sebut dia.
Dia mengakui ide tersebut cukup ekstrem. Namun, hal tersebut harus dipertimbangkan karena angkatan bersenjata di negara lain sudah menerapkan sistem tersebut.
"Negara lain seperti itu. Dia (angkatan bersenjata lain) bisa punya satelit, semua negara di ASEAN punya satelit karena dia punya kemampuan sumber pendanaan tapi tidak hanya dari APBN," ujar dia.
Effendi menyampaikan usulan itu akan diajukan dalam dalam revisi UU TNI. Sehingga, anggaran pertahanan tak hanya bersumber dari APBN.
"Saya mau itu, saya mau ngusul," ujar dia.
Jakarta: Anggota Komisi I
DPR Effendi Simbolon mengusulkan agar pembiayaan sektor pertahanan Indonesia tak hanya berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Usulan itu disampaikan mengatasi keterbatasan anggaran pertahanan negara.
Dalam Undang-Undang (UU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang
TNI, anggaran pertahanan negara hanya bersumber dari APBN. Hal itu tercantum dalam Pasal 66 UU TNI.
"Sehingga ada pemikiran kita apakah mungkin ada celah diberikan (
anggaran TNI dari luar APBN)," kata Effendi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, 8 September 2022.
Salah satu potensi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu TNI memenuhi anggarannya yaitu pengelolaan sumber daya alam. Seperti pengelolaan tambang batu bara.
Apalagi, kata Effendi, harga batu bara internasional cukup tinggi. Mengutip Bursa ICE Newcastle, harga batu bara untuk kontrak Juli 2022 sebesar USD346,4 per ton. Nilai tersebut naik sekitar 51,17 persen ketimbang Maret 2022 sebesar USD198,30 per ton.
"Coba kalau dia (TNI) memproduksi 100 juta ton aja, kebutuhan renbut (rencana dan kebutuhan) anggaran TNI tadi gak perlu lagi seperti ini," ungkap dia.
Effendi menjelaskan kondisi pembahasan anggaran TNI dalam setiap APBN. Realisasi anggaran yang diberikan selalu jauh dibawah pengajuan karena keterbatasan uang negara.
"Pak Prabowo atau Pak Andika membutuhkan Rp400 triliun setahun, tapi yang dikasih cuma Rp150 triliun, itu pun 50 persen habis untuk biaya rutin. Kenapa gak dicarikan sumber pembiayaan," sebut dia.
Dia mengakui ide tersebut cukup ekstrem. Namun, hal tersebut harus dipertimbangkan karena angkatan bersenjata di negara lain sudah menerapkan sistem tersebut.
"Negara lain seperti itu. Dia (angkatan bersenjata lain) bisa punya satelit, semua negara di ASEAN punya satelit karena dia punya kemampuan sumber pendanaan tapi tidak hanya dari APBN," ujar dia.
Effendi menyampaikan usulan itu akan diajukan dalam dalam revisi UU TNI. Sehingga, anggaran pertahanan tak hanya bersumber dari APBN.
"Saya mau itu, saya mau
ngusul," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)
