Jakarta: Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir berharap masyarakat Indonesia menjadikan momentum HUT ke-76 RI sebagai semangat persatuan Indonesia. Semua komponen bangsa dan rakyat harus mengeliminasi setiap potensi perpecahan kebencian, intoleransi, dan virus yang membuat Indonesia terbelah sebagai bangsa.
“Kita harus belajar dari sejarah, negara yang besar berubah menjadi terpecah belah dan bahkan hilang namanya akibat perpecahan,” kata Haedar dalam pesan HUT Proklamasi yang diterima Media Indonesia, Minggu, 15 Agustus 2021.
Haedar menyebut dengan tingkat keragaman yang luar biasa, Indonesia berpotensi menjadi negara dan bangsa yang terpecah. Hal itu bisa terjadi apabila tidak dirawat dengan sebaik-baiknya.
Pihaknya menginginkan perbedaan politik cukup selesai ketika proses kontestasi. “Jangan berkepanjangan menjadi dendam politik yang membuat kita kehilangan jiwa, semangat, dan langkah bersatu,” tegas dia.
Muhammadiyah juga berharap para elite berperilaku sebagai negarawan di mana pun mereka berkarya. Baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif di tingkat pusat dan daerah.
Elite bangsa mesti menjadi contoh teladan terbaik dalam bertutur kata, bersikap, dan mengambil kebijakan penting yang berkaitan dengan hajat hidup bangsa dan negara. “Sikap dan langkah yang berjalan sendiri dan tidak memperhitungkan kearifan berpotensi membuat kita terus terbelah dan terpecah,” jelas dia.
Pihaknya juga berharap Indonesia merdeka tidak lain untuk melangkah ke depan menjadi negara maju setara dengan bangsa yang lain. Indonesia harus mampu memobilisasi seluruh potensi yang dimiliki, baik alam maupun manusia agar menjadi bangsa berkemajuan.
“Tidak ada bangsa yang maju di atas perpecahan, alam yang rusak, dan SDM yang lemah. Kita harus melangkah ke depan untuk menjadi bangsa yang maju, bersatu, berdaulat, serta adil dan makmur,” ujar Haedar.
Jakarta: Ketua Umum PP
Muhammadiyah Haedar Nashir berharap masyarakat Indonesia menjadikan momentum
HUT ke-76 RI sebagai semangat persatuan Indonesia. Semua komponen bangsa dan rakyat harus mengeliminasi setiap potensi perpecahan kebencian, intoleransi, dan virus yang membuat Indonesia terbelah sebagai bangsa.
“Kita harus belajar dari sejarah, negara yang besar berubah menjadi terpecah belah dan bahkan hilang namanya akibat perpecahan,” kata Haedar dalam pesan HUT Proklamasi yang diterima
Media Indonesia, Minggu, 15 Agustus 2021.
Haedar menyebut dengan tingkat keragaman yang luar biasa, Indonesia berpotensi menjadi negara dan bangsa yang terpecah. Hal itu bisa terjadi apabila tidak dirawat dengan sebaik-baiknya.
Pihaknya menginginkan perbedaan politik cukup selesai ketika proses kontestasi. “Jangan berkepanjangan menjadi dendam politik yang membuat kita kehilangan jiwa, semangat, dan langkah bersatu,” tegas dia.
Muhammadiyah juga berharap para elite berperilaku sebagai negarawan di mana pun mereka berkarya. Baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif di tingkat pusat dan daerah.
Elite bangsa mesti menjadi contoh teladan terbaik dalam bertutur kata, bersikap, dan mengambil kebijakan penting yang berkaitan dengan hajat hidup bangsa dan negara. “Sikap dan langkah yang berjalan sendiri dan tidak memperhitungkan kearifan berpotensi membuat kita terus terbelah dan terpecah,” jelas dia.
Pihaknya juga berharap Indonesia merdeka tidak lain untuk melangkah ke depan menjadi negara maju setara dengan bangsa yang lain. Indonesia harus mampu memobilisasi seluruh potensi yang dimiliki, baik alam maupun manusia agar menjadi bangsa berkemajuan.
“Tidak ada bangsa yang maju di atas perpecahan, alam yang rusak, dan SDM yang lemah. Kita harus melangkah ke depan untuk menjadi bangsa yang maju, bersatu, berdaulat, serta adil dan makmur,” ujar Haedar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
