Jakarta: Laporan Kinerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin Tahun 2021 menyoroti situasi sulit pandemi covid-19. Salah satunya serangan Varian Delta yang membuat kasus penularan virus korona meroket.
"Serangan dahsyat Varian Delta pada tengah 2021 memberi pelajaran berharga," bunyi kutipan dalam laporan tersebut yang diterima Medcom.id, Rabu, 20 Oktober 2021.
Kondisi kala itu turut dipengaruhi rendahnya vaksinasi, mengendurnya protokol kesehatan (prokes), dan lemahnya penegakan hukum pelanggaran prokes. Imbasnya, penularan meroket, pasien melonjak, dan kurva kematian membumbung.
Varian Delta mendominasi penularan sejak Juni hingga September 2021. Varian lain seperti Alfa dan Beta tak seganas Delta.
Serangan tersebut membuat situasi pandemi makin kompleks. Rumah sakit penuh, obat langka, hingga ketersediaan tabung oksigen menipis.
Baca: Jokowi Mengibaratkan Krisis, Resesi, dan Pandemi Seperti Api
"Pemerintah cepat mencari solusi. Para penimbun dilarang menanggung untung. Harga eceran tertinggi (HET) obat ditetapkan. Demi stok oksigen pemerintah buka keran impor konsentrator dan menerima bantuan dari negara sahabat," tulis laporan itu.
Pemerintah menyediakan sejumlah obat untuk pasien covid-19 yang tercatat langka. Mulai dari Osetamivir 17 juta kapsul, Favipiravir 33 juta tablet, Remdesivir 1,5 juta vial, dan 19 juta tablet Azythromycin. Selain itu, terdapat penyediaan 11.512 konsentrator oksigen.
Laporan kinerja pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin Tahun 2021 tersaji dalam 85 halaman. Laporan yang diterbitkan Kantor Staf Kepresidenan itu berjuluk 'Capaian 2021, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh'.
Jakarta: Laporan Kinerja Pemerintahan Presiden Joko Widodo
(Jokowi) dan Wakil Presiden
Ma'ruf Amin Tahun 2021 menyoroti situasi sulit pandemi
covid-19. Salah satunya serangan
Varian Delta yang membuat kasus penularan virus korona meroket.
"Serangan dahsyat Varian Delta pada tengah 2021 memberi pelajaran berharga," bunyi kutipan dalam laporan tersebut yang diterima
Medcom.id, Rabu, 20 Oktober 2021.
Kondisi kala itu turut dipengaruhi rendahnya vaksinasi, mengendurnya protokol kesehatan (prokes), dan lemahnya penegakan hukum pelanggaran prokes. Imbasnya, penularan meroket, pasien melonjak, dan kurva kematian membumbung.
Varian Delta mendominasi penularan sejak Juni hingga September 2021. Varian lain seperti Alfa dan Beta tak seganas Delta.
Serangan tersebut membuat situasi pandemi makin kompleks. Rumah sakit penuh, obat langka, hingga ketersediaan tabung oksigen menipis.
Baca:
Jokowi Mengibaratkan Krisis, Resesi, dan Pandemi Seperti Api
"Pemerintah cepat mencari solusi. Para penimbun dilarang menanggung untung. Harga eceran tertinggi (HET) obat ditetapkan. Demi stok oksigen pemerintah buka keran impor konsentrator dan menerima bantuan dari negara sahabat," tulis laporan itu.
Pemerintah menyediakan sejumlah obat untuk pasien covid-19 yang tercatat langka. Mulai dari Osetamivir 17 juta kapsul, Favipiravir 33 juta tablet, Remdesivir 1,5 juta vial, dan 19 juta tablet Azythromycin. Selain itu, terdapat penyediaan 11.512 konsentrator oksigen.
Laporan kinerja pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin Tahun 2021 tersaji dalam 85 halaman. Laporan yang diterbitkan Kantor Staf Kepresidenan itu berjuluk 'Capaian 2021, Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh'.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)
