medcom.id, Jakarta: Perubahan geopolitik, berimbas kepada munculnya ancaman-ancaman baru terhadap keamanan. Maka tantangan terhadap dunia intelejen masa kini berbeda dibanding sebelumnya, demikian juga cara penanganannya.
Menurut Waka Komisi I DPR Hanafi Rais setidaknya ada empat hal tantangan baru tersebut. Semuanya akan ditanyakan kepada Sutiyoso dalam uji kepatutan dan kelayakan sebagai calon Kepala BIN kelak.
"Kepala BIN harus memiliki pemetaan terhadap dampak ekonomi," ujar Hanafi di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Instrumen ekonomi saat ini bisa menjadi alat untuk menggoyahkan kedaulatan negara. Target spionase ekonomi bukan menguasai teritorial negara, melainkan menciptakan ketergantungan terhadap komoditas tertentu atau penguasaan pasar.
Kepala BIN juga dituntut melek teknologi. Sebab, dunia saat ini bukan lagi dihadapkan dalam perang sesungguhnya, namun dihadapkan dengan perang teknologi bukan sebatas pengerahan prajutit bersenjata lengkap ke medan perang.
"Teknologi intelijen modern harus diutamakan," sambung putra mantan Ketua MPR Amien Rais ini.
Selalu mengikuti perkembangan geopolitik global dan regional jadi keharusan berikutnya. Sehingga setiap perkembangan dapat cepat diantisipasi sebelum suasana tambah memburuk.
"Kami ingin BIN memiliki strategi yang harus dilakukan terhadap gangguan kepentingan nasional," jelas politikus PAN ini.
Agar tanggung jawab itu dapat dilaksanakan, tentunya BIN tidak bisa bekerja sendiri. Maka koordinasi dengan intelejen di Polri, TNI dan lembaga terkait harus diperkuat.
"BIN menjadi poros utama kebijakan intelijen. BIN harus bisa konsolidasi internal agar solid dan memberi data kepada pemerintah secara objektif," ujar Hanafi.
medcom.id, Jakarta: Perubahan geopolitik, berimbas kepada munculnya ancaman-ancaman baru terhadap keamanan. Maka tantangan terhadap dunia intelejen masa kini berbeda dibanding sebelumnya, demikian juga cara penanganannya.
Menurut Waka Komisi I DPR Hanafi Rais setidaknya ada empat hal tantangan baru tersebut. Semuanya akan ditanyakan kepada Sutiyoso dalam uji kepatutan dan kelayakan sebagai calon Kepala BIN kelak.
"Kepala BIN harus memiliki pemetaan terhadap dampak ekonomi," ujar Hanafi di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Instrumen ekonomi saat ini bisa menjadi alat untuk menggoyahkan kedaulatan negara. Target spionase ekonomi bukan menguasai teritorial negara, melainkan menciptakan ketergantungan terhadap komoditas tertentu atau penguasaan pasar.
Kepala BIN juga dituntut melek teknologi. Sebab, dunia saat ini bukan lagi dihadapkan dalam perang sesungguhnya, namun dihadapkan dengan perang teknologi bukan sebatas pengerahan prajutit bersenjata lengkap ke medan perang.
"Teknologi intelijen modern harus diutamakan," sambung putra mantan Ketua MPR Amien Rais ini.
Selalu mengikuti perkembangan geopolitik global dan regional jadi keharusan berikutnya. Sehingga setiap perkembangan dapat cepat diantisipasi sebelum suasana tambah memburuk.
"Kami ingin BIN memiliki strategi yang harus dilakukan terhadap gangguan kepentingan nasional," jelas politikus PAN ini.
Agar tanggung jawab itu dapat dilaksanakan, tentunya BIN tidak bisa bekerja sendiri. Maka koordinasi dengan intelejen di Polri, TNI dan lembaga terkait harus diperkuat.
"BIN menjadi poros utama kebijakan intelijen. BIN harus bisa konsolidasi internal agar solid dan memberi data kepada pemerintah secara objektif," ujar Hanafi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)
