medcom.id, Jakarta: Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri diharapkan dapat segera bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang yudhoyono (SBY). Hal tersebut agar pemerintahan Jokowi-JK dapat berjalan mulus.
"Agar pemerintahan Jokowi tak terjal lima tahun ke depan, Megawati harus kubur masa lalunya. Membuka ruang komunikasi dengan SBY. Mega harus selamatkan kadernya (Jokowi)," kata pengamat politik dari Universitas Mercubuana, Heri Budianto kepada Metrotvnews.com, Kamis (2/10/2014).
Jika Mega bertemu dengan SBY, Partai berlambang moncong putih ini memiliki kesempatan untuk menarik Demokrat masuk ke dalam koalisi Indonesia Hebat. "Bisa saja PDIP langsung menawarkan kursi menteri untuk Demokrat. Jadi jangan hanya janji saja, kasih saja langsung kursi menteri," imbuhnya.
Hingga saat ini Jokowi terus mengupayakan pertemuan antara Megawati dengan SBY. Optimisme ini dia sampaikan menjawab pertanyaan gagalnya pertemuan SBY dengan Megawati untuk memastikan dukungan dalam penetapan paket pimpinan DPR. Pertemuan tersebut sedianya berlangsung pada Rabu, 1 Oktober malam.
Jokowi diketahui telah bertemu dengan SBY pada Selasa, 30 September malam, di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengupayakan dukungan dari Demokrat kepada Koalisi Indonesia Hebat, dalam mengajukan paket calon pimpinan DPR.
Permintaan itu SBY sanggupi, namun harus ada pembicaraan langsung dirinya dengan Megawati sebagai sesama ketua umum parpol. Bahkan SBY mengundang Ketua Umum PAN Hatta Rajasa hadir dalam pertemuan yang sedianya dilaksakan Rabu malam di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.
Sebagai persiapan pertemuan, Puan Maharani bersama Surya Paloh dan Jokowi menemui Megawati. Hingga tengah malam, Megawati tidak juga keluar dari kediaman pribadinya menuju JCC tempat SBY dan Hatta Rajasa menunggunya.
Puan Maharani akhirnya kembali ke Gedung DPR untuk memimpin Fraksi PDIP dalam Sidang Paripurna. Jokowi pulang ke rumah dinasnya selaku Gubernur DKI Jakarta di Taman Suropati, Menteng, Jakarta.
medcom.id, Jakarta: Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri diharapkan dapat segera bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang yudhoyono (SBY). Hal tersebut agar pemerintahan Jokowi-JK dapat berjalan mulus.
"Agar pemerintahan Jokowi tak terjal lima tahun ke depan, Megawati harus kubur masa lalunya. Membuka ruang komunikasi dengan SBY. Mega harus selamatkan kadernya (Jokowi)," kata pengamat politik dari Universitas Mercubuana, Heri Budianto kepada
Metrotvnews.com, Kamis (2/10/2014).
Jika Mega bertemu dengan SBY, Partai berlambang moncong putih ini memiliki kesempatan untuk menarik Demokrat masuk ke dalam koalisi Indonesia Hebat. "Bisa saja PDIP langsung menawarkan kursi menteri untuk Demokrat. Jadi jangan hanya janji saja, kasih saja langsung kursi menteri," imbuhnya.
Hingga saat ini Jokowi terus mengupayakan pertemuan antara Megawati dengan SBY. Optimisme ini dia sampaikan menjawab pertanyaan gagalnya pertemuan SBY dengan Megawati untuk memastikan dukungan dalam penetapan paket pimpinan DPR. Pertemuan tersebut sedianya berlangsung pada Rabu, 1 Oktober malam.
Jokowi diketahui telah bertemu dengan SBY pada Selasa, 30 September malam, di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk mengupayakan dukungan dari Demokrat kepada Koalisi Indonesia Hebat, dalam mengajukan paket calon pimpinan DPR.
Permintaan itu SBY sanggupi, namun harus ada pembicaraan langsung dirinya dengan Megawati sebagai sesama ketua umum parpol. Bahkan SBY mengundang Ketua Umum PAN Hatta Rajasa hadir dalam pertemuan yang sedianya dilaksakan Rabu malam di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta.
Sebagai persiapan pertemuan, Puan Maharani bersama Surya Paloh dan Jokowi menemui Megawati. Hingga tengah malam, Megawati tidak juga keluar dari kediaman pribadinya menuju JCC tempat SBY dan Hatta Rajasa menunggunya.
Puan Maharani akhirnya kembali ke Gedung DPR untuk memimpin Fraksi PDIP dalam Sidang Paripurna. Jokowi pulang ke rumah dinasnya selaku Gubernur DKI Jakarta di Taman Suropati, Menteng, Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)
