medcom.id, Jakarta: Kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, yang terjadi pada Maret 2015 masih belum terpecahkan. Polisi menemui beberapa hambatan.
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, penyidik masih mengalami kesulitan dalam mengungkap kasus ini. Namun, kesulitan tersebut terus berusaha diatasi penyidik.
"Tiap kasus ada kesulitannya. Setiap penyidik punya kesulitan, kesulitan itu sedang diatasi," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Rabu (16/3/2016).
Krishna menjelaskan, penyidik baru memiliki satu alat bukti terkait kematian Akseyna. Namun, penyidik tidak bisa serta merta langsung menetapkan tersangka hanya jika hanya berdasar satu bukti.
"Dugaan petunjuk itu ada, tapi baru satu. Jadi kami masih cari dua alat bukti bisa benar bisa salah. Kami tidak bisa menetapkan tersangka tanpa alat bukti," jelas dia.
Saat ini, kata dia, penyidik belum bisa menemukan lokasi eksekusi. Namun, Krishna tidak merinci lokasi eksekusi tersebut, apakah eksekusi pembunuhan atau eksekusi lain.
"Sekarang kami temukan titik pembuangan sudah ditemukan. Tapi tempat eksekusi belum karena TKP rusak. Jadi barang yang masih rusak kita lakukan dengan utuh penyempurnaan, bukan artinya kita tidak kerja tapi kita kerja," pungkas Krishna.
Akseyna ditemukan tewas mengambang di Danau Kenangan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 26 Maret 2015. Jasad Akseyna mengambang dengan ransel berisi batu yang menempel di tubuhnya.
Dugaan awal, lelaki yang akrab disapa Ace itu tewas bunuh diri. Pasalnya, polisi sempat menemukan surat wasiat. Namun kemudian, diduga kuat Ace tewas dibunuh. Lantaran, surat yang ditemukan diindikasi bukan tulisan tangan Ace.
Terakhir, polisi menemukan sebuah catatan dalam telepon genggam milik salah satu terperiksa dalam kasus ini. Catatan tersebut diduga berkaitan dengan kematian Ace.
medcom.id, Jakarta: Kematian mahasiswa Universitas Indonesia, Akseyna Ahad Dori, yang terjadi pada Maret 2015 masih belum terpecahkan. Polisi menemui beberapa hambatan.
Direskrimum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengatakan, penyidik masih mengalami kesulitan dalam mengungkap kasus ini. Namun, kesulitan tersebut terus berusaha diatasi penyidik.
"Tiap kasus ada kesulitannya. Setiap penyidik punya kesulitan, kesulitan itu sedang diatasi," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Rabu (16/3/2016).
Krishna menjelaskan, penyidik baru memiliki satu alat bukti terkait kematian Akseyna. Namun, penyidik tidak bisa serta merta langsung menetapkan tersangka hanya jika hanya berdasar satu bukti.
"Dugaan petunjuk itu ada, tapi baru satu. Jadi kami masih cari dua alat bukti bisa benar bisa salah. Kami tidak bisa menetapkan tersangka tanpa alat bukti," jelas dia.
Saat ini, kata dia, penyidik belum bisa menemukan lokasi eksekusi. Namun, Krishna tidak merinci lokasi eksekusi tersebut, apakah eksekusi pembunuhan atau eksekusi lain.
"Sekarang kami temukan titik pembuangan sudah ditemukan. Tapi tempat eksekusi belum karena TKP rusak. Jadi barang yang masih rusak kita lakukan dengan utuh penyempurnaan, bukan artinya kita tidak kerja tapi kita kerja," pungkas Krishna.
Akseyna ditemukan tewas mengambang di Danau Kenangan, Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, 26 Maret 2015. Jasad Akseyna mengambang dengan ransel berisi batu yang menempel di tubuhnya.
Dugaan awal, lelaki yang akrab disapa Ace itu tewas bunuh diri. Pasalnya, polisi sempat menemukan surat wasiat. Namun kemudian, diduga kuat Ace tewas dibunuh. Lantaran, surat yang ditemukan diindikasi bukan tulisan tangan Ace.
Terakhir, polisi menemukan sebuah catatan dalam telepon genggam milik salah satu terperiksa dalam kasus ini. Catatan tersebut diduga berkaitan dengan kematian Ace.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
