Mendes PDTT Eko Putro Sandjojo saat menghadiri peluncuran buku Di Balik Reformasi 1998. (Foto: Dok. Kemendes PDTT)
Mendes PDTT Eko Putro Sandjojo saat menghadiri peluncuran buku Di Balik Reformasi 1998. (Foto: Dok. Kemendes PDTT)

Mendes PDTT Sambut Peluncuran Buku Laksamana Sukardi

Pelangi Karismakristi • 07 Agustus 2018 09:37
Jakarta: Perjalanan demokrasi Indonesia dari rezim Orde Lama hingga reformasi terus mengalami dinamika. Seusai reformasi, pemerintah dan parpol bersama-sama membuat Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia.
 
Hal tersebut dikatakan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo saat menghadiri peluncuran dan diskusi buku karya Laksamana Sukardi yang berjudul Di Balik Reformasi 1998, di Menara Imperium, Jakaarta, Senin, 6 Agustus 2018. Mendes PDTT Eko pun menyambut baik terbitnya buku tersebut karena momen mendekati Hari Kemerdekaan.
 
"Timing-nya tepat karena mendekati Hari Kemerdekaan. Selama 73 tahun Indonesia merdeka, mengalami beberapa rezim, Orde Lama, Orde Baru, reformasi, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Mudah-mudahan buku ini bisa me-refresh kita untuk tidak mengulang kesalahan masa lalu atau dendam masa lalu, kita mesti move on," katanya.

Eko menilai, tiap rezim mengalami dinamikanya sendiri. Pada saat Orde Lama, sambungnya, walaupun negara masih miskin tapi memiliki keberanian menentang PBB dan mampu mengikuti Asian Games. Sedangkan saat Orde Baru, perekonomian negara mulai meningkat. Lalu pada reformasi, diharapkan membuat Indonesia makin dikenal dan ekonomi lebih maju.
 
"Kita negara besar. Kita tidak sedang melakukan lari sprint, napas kita bisa habis. Kenapa ada soft coming? Perlu ada wisdom dan jiwa besar untuk mengelola bangsa ini. Tidak boleh menuntut kesalahan masa lalu. Indonesia adalah negara dengan 1 triliun GDP. Negara nomor 16 di dunia, tahun 2045 diprediksi menjadi negara nomor empat dunia," kata dia.
 
Sementara itu, Laksamana Sukardi mengatakan bahwa tujuannya menyusun buku tersebut adalah bangsa Indonesia tak melupakan sejarah dan mampu menjaga warisan yang diberikan gerakan reformasi. Buku ini berisi catatan pribadinya sekitar tiga dasawarsa silam sebagai seorang pemuda yang meninggalkan jabatan sebagai seorang eksekutif profesional bidang perbankan, dan terjun mendukung gerakan reformasi Indonesia.
 
"Buku ini juga mengungkap catatan pengalaman saya pada era setelah reformasi, sebagai menteri yang dituntut bergelut memecahkan berbagai masalah politik-ekonomi akibat krisis multidimensional 1998," ucap Laksamana Sukardi.
 
Pada saat yang sama, pakar Ilmu Politik dari Northwestern University, USA, Jeffrey A Winters mengatakan Indonesia sudah memiliki demokrasi yang cukup matang. Ditandai dengan pemilihan umum tepat waktu, setiap pemilu tanpa banyak kekerasan, banyak partai, dan punya sistem politik untuk mengetahui siapa sebelumnya yang akan menang, "Banyak tanda bahwa Indonesia maju," kata dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)


BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan