Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara siang hari mencapai 37 derajat celcius sejak 19 Oktober 2019. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut panas ini disebabkan gerak semu matahari.
Dwikorita menjelaskan matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan terus bergerak ke belahan bumi bagian selatan pada September. Hal itu akan terjadi hingga Desember.
"Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara)," kata Dwikorita di Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019.
Kondisi itu membuat wilayah selatan menerima radiasi matahari lebih banyak. Radiasi itu membuat suhu udara meningkat pada siang hari.
"Atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari," terang Dwikorita.
Pertumbuhan awan yang minim membuat permukaan bumi semakin panas dan berdampak pada peningkatan suhu udara. Dwikorita mengatakan gerak semu matahari merupakan siklus tahunan.
"Sekitar satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia. Karena posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan," ujar Dwikorita.
Dwikorita menyebut kondisi atmosfer masih kering. Potensi pertumbuhan awan pun dinilai sangat kecil.
BMKG mengimbau masyarakat mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari saat beraktivitas di luar ruangan. Masyarakat juga diminta minum air putih secukupnya.
Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara siang hari mencapai 37 derajat celcius sejak 19 Oktober 2019. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut panas ini disebabkan gerak semu matahari.
Dwikorita menjelaskan matahari berada di sekitar wilayah khatulistiwa dan terus bergerak ke belahan bumi bagian selatan pada September. Hal itu akan terjadi hingga Desember.
"Oktober ini, posisi semu matahari akan berada di sekitar wilayah Indonesia bagian Selatan (Sulawesi Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara)," kata Dwikorita di Jakarta, Jumat, 25 Oktober 2019.
Kondisi itu membuat wilayah selatan menerima radiasi matahari lebih banyak. Radiasi itu membuat suhu udara meningkat pada siang hari.
"Atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan relatif kering sehingga sangat menghambat pertumbuhan awan yang bisa berfungsi menghalangi panas terik matahari," terang Dwikorita.
Pertumbuhan awan yang minim membuat permukaan bumi semakin panas dan berdampak pada peningkatan suhu udara. Dwikorita mengatakan gerak semu matahari merupakan siklus tahunan.
"Sekitar satu minggu ke depan masih ada potensi suhu terik di sekitar wilayah Indonesia. Karena posisi semu matahari masih akan berlanjut ke selatan," ujar Dwikorita.
Dwikorita menyebut kondisi atmosfer masih kering. Potensi pertumbuhan awan pun dinilai sangat kecil.
BMKG mengimbau masyarakat mengenakan pakaian yang melindungi kulit dari sinar matahari saat beraktivitas di luar ruangan. Masyarakat juga diminta minum air putih secukupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)
