medcom.id, Surabaya: 40 korban kecelakaan AirAsia QZ8501 sudah berhasil diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim. Masih ada delapan jenazah lagi di RS Bhayangkara Surabaya yang perlu diselisik oleh tim DVI.
Kepala DVI Polda Jatim Kombes Pol Budiyono menjelaskan, pengungkapan identitas korban ini bukan perkara mudah. Pasalnya, kondisi jenazah makin sulit dikenali karena ada beberapa yang telah lama mengapung di perairan.
"Data-data belum bisa di-matching antara ante mortem dan post mortem. Karena data-data post mortem sudah sulit. Sidik jari, gigi dan info lain di jenazah kurang begitu meyakinkan," katanya di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Jatim, Jumat (16/1/2015).
Tim DVI pun tak mau terburu-buru merilis identitas korban. Pasalnya, pencocokan data-data perlu ketelitian yang tinggi dan tidak dilakukan sembarangan. Keakuratan data, kata Budiyono, akan menjadi pertanggungjawaban secara ilmiah dan hukum.
Budiyono menungkapkan, timnya pun terus memperkaya data-data ante mortem dan post mortem dari keluarga korban. Jika bagian tubuh korban mulai rusak, gigi menjadi "pintu" lain untuk mengidentifikasi korban.
"Harus proaktif cari jejak DNA dari sikat gigi. Tim ante mortem juga datangi keluarga korban termasuk dokter gigi yang pernah merawat korban," pungkas dia.
medcom.id, Surabaya: 40 korban kecelakaan AirAsia QZ8501 sudah berhasil diidentifikasi tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim. Masih ada delapan jenazah lagi di RS Bhayangkara Surabaya yang perlu diselisik oleh tim DVI.
Kepala DVI Polda Jatim Kombes Pol Budiyono menjelaskan, pengungkapan identitas korban ini bukan perkara mudah. Pasalnya, kondisi jenazah makin sulit dikenali karena ada beberapa yang telah lama mengapung di perairan.
"Data-data belum bisa di-
matching antara ante mortem dan post mortem. Karena data-data post mortem sudah sulit. Sidik jari, gigi dan info lain di jenazah kurang begitu meyakinkan," katanya di Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani, Surabaya, Jatim, Jumat (16/1/2015).
Tim DVI pun tak mau terburu-buru merilis identitas korban. Pasalnya, pencocokan data-data perlu ketelitian yang tinggi dan tidak dilakukan sembarangan. Keakuratan data, kata Budiyono, akan menjadi pertanggungjawaban secara ilmiah dan hukum.
Budiyono menungkapkan, timnya pun terus memperkaya data-data ante mortem dan post mortem dari keluarga korban. Jika bagian tubuh korban mulai rusak, gigi menjadi "pintu" lain untuk mengidentifikasi korban.
"Harus proaktif cari jejak DNA dari sikat gigi. Tim ante mortem juga datangi keluarga korban termasuk dokter gigi yang pernah merawat korban," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)
