Ilustrasi diskusi bertajuk Tantangan Jurnalisme di Tengah Distrupsi Digital Menengah Manipulasi Informasi yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dok. Istimewa
Ilustrasi diskusi bertajuk Tantangan Jurnalisme di Tengah Distrupsi Digital Menengah Manipulasi Informasi yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika. Dok. Istimewa

Dunia Jurnalisme Dinilai Tengah Menghadapi Tantangan Berat

Achmad Zulfikar Fazli • 01 Februari 2024 11:32
Jakarta: Dunia jurnalisme dinilai tengah menghadapi tantangan berat akibat terimplementasinya algoritma di internet. Terlebih, mesin pencari didominasi sederet platform digital, termasuk Facebook, Apple, dan Microsoft
 
Pengamat media, Agus Sudibyo, mengatakan argumen mengenai keadaan media massa didasarkan dari dua asumsi, yakni dualitas institusi sosial dan ekonomi. Keduanya dinilai saling berpengaruh satu sama lain dalam keberlangsungan ekosistem media massa di Tanah Air maupun skala global.
 
"Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, di mana beberapa perusahaan dapat menguasai berbagai sektor, terutama ekosistem media massa di hampir seluruh dunia, terutama di Indonesia," papar Agus dalam diskusi bertajuk Tantangan Jurnalisme di Tengah Distrupsi Digital Menengah Manipulasi Informasi yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Kamis, 1 Februari 2024.

Dia mengatakan media massa, khususnya online, harus mengikuti algoritma yang dimonopoli platform tersebut jika ingin tetap bertahan dan mendapat pemasukan dari iklan. Sedangkan, media konvensional hanya bermain dalam ekosistem sangat kecil. 
 
Mengenai konten, alih-alih menyajikan informasi yang bermutu, media massa justru ikut mengambil sumber dari media sosial. Sehingga, peristiwa yang diwartakan sebatas pemberian informasi yang sebenarnya bisa ditemukan di media sosial. 
 
"Saat ini 58 persen iklan media digital itu dikuasai Google, lalu 2,4 persen dikuasai Meta. Jadi media konvensional hanya bermain di area 18 persen atau sisanya. Hal ini juga hampir sama dengan apa yang terjadi di Indonesia," jelas Agus. 
 
Baca Juga: Kominfo Imbau Masyarakat Bijak dalam Merawat Identitas Digital

Mantan Pemred Tempo itu mengungkap salah satu kiat membendung monopoli tersebut adalah dengan menggunakan sistem langganan bagi pembaca. Hal ini agar media massa tidak dapat didikte trafik iklan yang dikuasai platform tersebut. 
 
Selain itu, proses pendalaman materi perlu diolah agar menjadi berita yang bernas saat dibaca publik. Wartawan, kata dia, juga dapat mengeksplorasi tulisan agar menjadi identitas penulis atau media yang bersangkutan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan