Jakarta: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan 94 persen dari 342 zona musim saat ini memasuki musim hujan. Kondisi ini sesuai prediksi BMKG pada Agustus 2020.
"Saat itu diprediksi puncak musim hujan terjadi pada Januari dan Februari 2021," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin, 1 Februari 2021.
Dwikorita meminta masyarakat tetap waspada terhadap cuaca ekstrem hingga Februari 2021. Bahkan, cuaca ekstrem masih mungkin terjadi hingga Maret 2021.
"Dari faktor-faktor pengendali iklim di wilayah Indonesia, saat ini yang sedang aktif berpengaruh adalah Monsoon Asia serta Daerah Konvergensi Antar Tropis (ITCZ) atau Zona Pertemuan Angin dari arah Asia dan dari arah Australia," jelas dia.
(Baca: BMKG Beri Peringatan Dini, Warga Jakarta, Bogor, Depok Diminta Waspada)
Fenomena ini memperlihatkan anomali yang mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia. Fenomena La Nina juga masih aktif dengan indeks moderat mengarah ke kondisi lemah dan diprediksi menjadi normal pada Mei 2021.
"Bahkan pergerakan awan-awan hujan dari Samudra Hindia sebelah Timur Afrika yang saat ini sedang melintasi wilayah Indonesia menuju Samudra Pasifik, juga berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia," papar Dwikorita.
Dia menuturkan frekuensi hujan lebat lebih dari 50 mm/hari semakin sering terjadi di sejumlah wilayah. Hal itu terindikasi dari data-data 40 tahun terakhir, seperti di Jakarta, Surabaya, Mataram-Lombok, Ujung Pandang, Jayapura, Biak, Lhokseumawe, dan Medan.
"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini," kata Dwikorita.
Jakarta: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (
BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan 94 persen dari 342 zona musim saat ini memasuki
musim hujan. Kondisi ini sesuai prediksi BMKG pada Agustus 2020.
"Saat itu diprediksi puncak musim hujan terjadi pada Januari dan Februari 2021," kata Dwikorita dalam keterangan tertulis, Jakarta, Senin, 1 Februari 2021.
Dwikorita meminta masyarakat tetap waspada terhadap cuaca ekstrem hingga Februari 2021. Bahkan, cuaca ekstrem masih mungkin terjadi hingga Maret 2021.
"Dari faktor-faktor pengendali iklim di wilayah Indonesia, saat ini yang sedang aktif berpengaruh adalah Monsoon Asia serta Daerah Konvergensi Antar Tropis (ITCZ) atau Zona Pertemuan Angin dari arah Asia dan dari arah Australia," jelas dia.
(Baca:
BMKG Beri Peringatan Dini, Warga Jakarta, Bogor, Depok Diminta Waspada)
Fenomena ini memperlihatkan anomali yang mengarah pada penguatan curah hujan tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia. Fenomena La Nina juga masih aktif dengan indeks moderat mengarah ke kondisi lemah dan diprediksi menjadi normal pada Mei 2021.
"Bahkan pergerakan awan-awan hujan dari Samudra Hindia sebelah Timur Afrika yang saat ini sedang melintasi wilayah Indonesia menuju Samudra Pasifik, juga berpengaruh dalam meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia," papar Dwikorita.
Dia menuturkan frekuensi hujan lebat lebih dari 50 mm/hari semakin sering terjadi di sejumlah wilayah. Hal itu terindikasi dari data-data 40 tahun terakhir, seperti di Jakarta, Surabaya, Mataram-Lombok, Ujung Pandang, Jayapura, Biak, Lhokseumawe, dan Medan.
"Kami mengimbau masyarakat dan seluruh pihak untuk tetap terus mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang cenderung meningkat di dalam periode puncak musim hujan ini," kata Dwikorita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
