Jakarta: Wacana pemerintah mengganti Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan kecerdasan buatan alias artificial intellegence (AI) kembali mencuat ke ranah publik. Direktur ICT Institute Heru Sutadi menyatakan hal tersebut lambat laun akan segera terealisasi.
"Mau tidak mau, memang akan ada banyak pekerjaan yang tergantikan oleh AI. Seperti, pekerjaan fisik atau profesi-profesi analitik," ujar Heru dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Kamis, 27 Januari 2022.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut Heru, pemerintah perlu membekali masyarakat dengan pelatihan teknologi. Mereka yang terancam kehilangan pekerjaan juga mesti dibina dengan program reskilling atau upskilling.
"Pola pendidikan kita harus mengadopsi teknologi baru. Kurikulum harus ditambah ilmu-ilmu teknologi, seperti big data analytic, blockchain, internet of things (IoT), AI, dan sebagainya," kata dia.
Tak hanya dari segi sumber daya manusia (SDM), persiapan menghadapi industri 5.0 ini juga harus ditopang dengan infrastruktur yang memadai. Sayangnya, infrastruktur di Indonesia masih jauh dari kata sempurna.
Heru membeberkan, data terakhir yang dilansir dari Kementerian Informasi dan Informatika (Kominfo) menyatakan bahwa terdapat 12.548 desa yang belum mendapat layanan berkecepatan tinggi. (Nurisma Rahmatika)
Jakarta: Wacana pemerintah mengganti
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan
kecerdasan buatan alias artificial intellegence (AI) kembali mencuat ke ranah publik. Direktur ICT Institute Heru Sutadi menyatakan hal tersebut lambat laun akan segera terealisasi.
"Mau tidak mau, memang akan ada banyak pekerjaan yang tergantikan oleh AI. Seperti, pekerjaan fisik atau profesi-profesi analitik," ujar Heru dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Kamis, 27 Januari 2022.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, lanjut Heru, pemerintah perlu membekali masyarakat dengan pelatihan teknologi. Mereka yang terancam kehilangan pekerjaan juga mesti dibina dengan program
reskilling atau
upskilling.
"Pola pendidikan kita harus mengadopsi teknologi baru. Kurikulum harus ditambah ilmu-ilmu teknologi, seperti big data analytic, blockchain, internet of things (IoT), AI, dan sebagainya," kata dia.
Tak hanya dari segi sumber daya manusia (SDM), persiapan menghadapi industri 5.0 ini juga harus ditopang dengan infrastruktur yang memadai. Sayangnya, infrastruktur di Indonesia masih jauh dari kata sempurna.
Heru membeberkan, data terakhir yang dilansir dari Kementerian Informasi dan Informatika (
Kominfo) menyatakan bahwa terdapat 12.548 desa yang belum mendapat layanan berkecepatan tinggi. (
Nurisma Rahmatika)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)
