medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan pondok pesantren harus terbuka terhadap era dunia digital saat ini. Dengan demikian pondok pesantren tidak gagap untuk mengikuti arus perkembangan global yang begitu cepat.
"Ke depan era milenium ini akan bertemu dengan pesantren. Sehingga penting untuk mempersatukan diri agar anak santri tidak gagap untuk bertemu dunia milenial," ujar Hidayat ditemui di Gedung Nusantara V, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin 23 Oktober 2017.
Menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan salah satu tantangan bagi santri kedepannya. Nantinya dengan pemanfaatan teknologi digital, santri bisa membuktikan kepada dunia bahwa pondok pesantren memberikan kontribusi besar bagi bangsa. Bukan memproduksi radikalisme seperti anggapan banyak orang.
"Seolah-olah pesantren itu yang produksi radikalisme dan ekstrimisme. Itu bagian tantangan yang perlu dikoreksi," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan dalam dunia globalisasi ini semua orang tidak terlepas digitalisasi. Teknologi informasi akan berkembang pesat pada tren kedepan.
"Santri harus mampu memanfaatkan media itu. Perubahan terjadi cepat," terang Lukman.
Lukman menghimbau agar setiap santri mampu mengelola teknologi informasi dalam menyebarkan ajaran-ajaran baik dan merawat nilai-nilai agama. Jika tidak peka teknologi informasi, dikhawatirkan Islam ekstrimisme yang akan mengisi konten tersebut
"Sebab maka kalau tidak (santri tidak menguasai teknologi informasi) Islam ekstrimisme akan mengisi ruang publik dalam sebarkan ajaran agama," ucapnya.
medcom.id, Jakarta: Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengatakan pondok pesantren harus terbuka terhadap era dunia digital saat ini. Dengan demikian pondok pesantren tidak gagap untuk mengikuti arus perkembangan global yang begitu cepat.
"Ke depan era milenium ini akan bertemu dengan pesantren. Sehingga penting untuk mempersatukan diri agar anak santri tidak gagap untuk bertemu dunia milenial," ujar Hidayat ditemui di Gedung Nusantara V, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin 23 Oktober 2017.
Menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan salah satu tantangan bagi santri kedepannya. Nantinya dengan pemanfaatan teknologi digital, santri bisa membuktikan kepada dunia bahwa pondok pesantren memberikan kontribusi besar bagi bangsa. Bukan memproduksi radikalisme seperti anggapan banyak orang.
"Seolah-olah pesantren itu yang produksi radikalisme dan ekstrimisme. Itu bagian tantangan yang perlu dikoreksi," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan dalam dunia globalisasi ini semua orang tidak terlepas digitalisasi. Teknologi informasi akan berkembang pesat pada tren kedepan.
"Santri harus mampu memanfaatkan media itu. Perubahan terjadi cepat," terang Lukman.
Lukman menghimbau agar setiap santri mampu mengelola teknologi informasi dalam menyebarkan ajaran-ajaran baik dan merawat nilai-nilai agama. Jika tidak peka teknologi informasi, dikhawatirkan Islam ekstrimisme yang akan mengisi konten tersebut
"Sebab maka kalau tidak (santri tidak menguasai teknologi informasi) Islam ekstrimisme akan mengisi ruang publik dalam sebarkan ajaran agama," ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ROS)
