Jakarta: Pembatasan kegiatan selama pandemi covid-19 kerap kali menimbulkan perasaan burn out atau kelelahan mental bagi para pekerja. Pasalnya, keadaan membuat rutinitas banyak dilakukan di depan layar gawai dan dapat menimbulkan kejenuhan.
Menurut data World Health Organization (WHO), 93 persen dari populasi dunia mengalami gangguan kesehatan mental akibat pandemi.
Kriteria mental yang sehat ditentukan dengan beberapa faktor. Di antaranya, kemampuan kita mengukur kelebihan dan kekurangan diri.
Setelah mengetahui hal tersebut, manusia harus bisa mengatasi kekurangan dan persoalan hidup yang ada. Sehingga bisa tetap produktif dan berkontribusi baik untuk masyarakat.
Ketua Umum Ikatan Psikologi Klinis Indria Laksmi Gamayanti menyatakan, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan pekerja untuk mencegah perasaan burn-out. Berikut saran Indria:
1. Selalu berhubungan dengan orang terdekat
Pandemi membuat orang sulit bertatap muka. Pertemuan digital kerap menjadi cara seseorang bertemu dengan orang lain. Mulai dari bersosialisasi hingga bekerja. Hal ini kerap memicu burn-out.
"Usahakan walaupun tidak bisa bertemu secara langsung, harus selalu terhubung dengan orang-orang terdekat," ungkap Indria dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia di Metro TV, Kamis, 14 Oktober 2021.
2. Berusaha cari makna tiap beraktivitas
Burn-out juga kerap terjadi saat seseorang menjalankan rutinitas seperti robot. Pandemi membuat orang jadi susah mencari hiburan, bahkan sekadar kongkow-kongkow.
Ia menyarankan agar pekerja tetap beraktivitas dan produktif. Seberapa kecil pun aktivitas tersebut. Karena hal ini dapat menimbulkan perasaan bermakna kita sebagai manusia.
3. Coba dekatkan diri dengan alam
Anda juga bisa mencoba mendekatkan diri dengan alam ketika mengalami burn-out. Indria menyebut mendekatkan diri dengan alam tak melulu sulit dilakukan.
"Saya pikir kita bisa keluar ke alam yang jauh dari kerumunan. Kalau tidak bisa, kiat bisa membuka jendela dan pintu kita di rumah agar mendapat udara yang segar," kata dia. (Mentari Puspadini)
Jakarta: Pembatasan kegiatan selama pandemi covid-19 kerap kali menimbulkan perasaan
burn out atau kelelahan mental bagi para pekerja. Pasalnya, keadaan membuat rutinitas banyak dilakukan di depan layar gawai dan dapat menimbulkan kejenuhan.
Menurut data World Health Organization (WHO), 93 persen dari populasi dunia mengalami gangguan kesehatan mental akibat pandemi.
Kriteria mental yang sehat ditentukan dengan beberapa faktor. Di antaranya, kemampuan kita mengukur kelebihan dan kekurangan diri.
Setelah mengetahui hal tersebut, manusia harus bisa mengatasi kekurangan dan persoalan hidup yang ada. Sehingga bisa tetap produktif dan berkontribusi baik untuk masyarakat.
Ketua Umum Ikatan Psikologi Klinis Indria Laksmi Gamayanti menyatakan, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan pekerja untuk mencegah perasaan
burn-out. Berikut saran Indria:
1. Selalu berhubungan dengan orang terdekat
Pandemi membuat orang sulit bertatap muka. Pertemuan digital kerap menjadi cara seseorang bertemu dengan orang lain. Mulai dari bersosialisasi hingga bekerja. Hal ini kerap memicu
burn-out.
"Usahakan walaupun tidak bisa bertemu secara langsung, harus selalu terhubung dengan orang-orang terdekat," ungkap Indria dalam tayangan
Selamat Pagi Indonesia di
Metro TV, Kamis, 14 Oktober 2021.
2. Berusaha cari makna tiap beraktivitas
Burn-out juga kerap terjadi saat seseorang menjalankan rutinitas seperti robot. Pandemi membuat orang jadi susah mencari hiburan, bahkan sekadar kongkow-kongkow.
Ia menyarankan agar pekerja tetap beraktivitas dan produktif. Seberapa kecil pun aktivitas tersebut. Karena hal ini dapat menimbulkan perasaan bermakna kita sebagai manusia.
3. Coba dekatkan diri dengan alam
Anda juga bisa mencoba mendekatkan diri dengan alam ketika mengalami burn-out. Indria menyebut mendekatkan diri dengan alam tak melulu sulit dilakukan.
"Saya pikir kita bisa keluar ke alam yang jauh dari kerumunan. Kalau tidak bisa, kiat bisa membuka jendela dan pintu kita di rumah agar mendapat udara yang segar," kata dia. (Mentari Puspadini)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)
