Jakarta: Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara 2018 telah lahirkan generasi yang peduli dengan batik. Beragam peryataan dilempar ke dewan juri untuk memberikan solusi agar batik tidak tergerus zaman.
Putra Batik 2018 yang menyabet posisi pertama, Faris Pradipta, asal Jawa Barat, menjelaskan pihakanya akan mulai menyelamatkan batik dari sisi pengrajin batik yang minim diminati generasi muda.
Pasalnya harga batik tulis yang tinggi, tidak mencukupi menyejahterahkan hidup. Tidak heran jika dalam sehari pengerajin hanya mendapat Rp20 ribu.
"Lebih memberikan pembiasaan kepada pemuda untuk terbiasa menggunakan batik dalam kondisi casual bisa pakai batik, serta mempromosikan kembali makna yang terkadung dalam motif batik kepada masyarakat ," ujar Fafa sapaan akrabnya, kepada Medcom.id, di Gedung Sapta Pesona, Kemeterian Pariwisata, Jakarta Pusat, Sabtu 6 September 2018.
Lain halnya dengan Putra Batik Nusantara 2018 asal DKI Jakarta Reza asal yang menyabet juara dua, memilih medium film pendek berlanjut atau web series sebagai solusi untuk menyampaikan informasi batik ke masyarakat, terutama generasi muda. Pasalnya medium tersebut lebih akrab dengan anak muda.
"Saya akan membuat mini series yang nantinya akan bercertia proses pembuatan batik, makna yang tekandung di dalam batik dan bagaimana cara membedakan batik tulis dan batik cap," tuturnya
Lanjut pria yang baru saja lulus dari Universitas Brawijaya tersebut, memilih genre romantis berpadu dengan komedi, sehingga diharapkan masyarakat dapat mengambil ikatan emosional.
Sehingga batik secara tidak langsung, jauh dari kata kuno yang tertanam dibenak kaula muda, karenanya batik tidak akan terkekang pada zaman.
Jakarta: Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara 2018 telah lahirkan generasi yang peduli dengan batik. Beragam peryataan dilempar ke dewan juri untuk memberikan solusi agar batik tidak tergerus zaman.
Putra Batik 2018 yang menyabet posisi pertama, Faris Pradipta, asal Jawa Barat, menjelaskan pihakanya akan mulai menyelamatkan batik dari sisi pengrajin batik yang minim diminati generasi muda.
Pasalnya harga batik tulis yang tinggi, tidak mencukupi menyejahterahkan hidup. Tidak heran jika dalam sehari pengerajin hanya mendapat Rp20 ribu.
"Lebih memberikan pembiasaan kepada pemuda untuk terbiasa menggunakan batik dalam kondisi casual bisa pakai batik, serta mempromosikan kembali makna yang terkadung dalam motif batik kepada masyarakat ," ujar Fafa sapaan akrabnya, kepada Medcom.id, di Gedung Sapta Pesona, Kemeterian Pariwisata, Jakarta Pusat, Sabtu 6 September 2018.
Lain halnya dengan Putra Batik Nusantara 2018 asal DKI Jakarta Reza asal yang menyabet juara dua, memilih medium film pendek berlanjut atau
web series sebagai solusi untuk menyampaikan informasi batik ke masyarakat, terutama generasi muda. Pasalnya medium tersebut lebih akrab dengan anak muda.
"Saya akan membuat mini series yang nantinya akan bercertia proses pembuatan batik, makna yang tekandung di dalam batik dan bagaimana cara membedakan batik tulis dan batik cap," tuturnya
Lanjut pria yang baru saja lulus dari Universitas Brawijaya tersebut, memilih genre romantis berpadu dengan komedi, sehingga diharapkan masyarakat dapat mengambil ikatan emosional.
Sehingga batik secara tidak langsung, jauh dari kata kuno yang tertanam dibenak kaula muda, karenanya batik tidak akan terkekang pada zaman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)
