Kantor BRIN. Humas BRIN
Kantor BRIN. Humas BRIN

BRIN: Awal Ramadan NU dan Muhammadiyah Diprediksi Berbarengan

Atalya Puspa • 17 Maret 2023 19:17
Jakarta: Peneliti Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menyebut adanya potensi kesamaan awal Ramadan 2023 antara Muhammadiyah dan Nadathul Ulama (NU). Adapun, berdasarkan pengamatan, awal ramadan akan jatuh pada 23 Maret 2023.
 
"Hal itu disebabkan karena saat Maghrib 22 Maret 2023 di Indonesia posisi bulan sudah memenuhi kriteria baru mabims dengan tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat," kata Thomas dalam keterangan resmi, Jumat, 17 Maret 2023.
 
Di sisi lain, ia menyebut adanya potensi perbedaan terkait Idulfitri 1444 Hijriah. Hal ini disebabkan karena pada Magrib 20 April 2023 ada potensi di Indonesia belum memenuh kriteria baru mambims, yaitu tinggi minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Sehingga Muhammadiyah akan berlebaran pada 21 April 2023, sementara NU pada 22 April 2023.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dia mengakui perbedaan terkait dengan penentuan awal Ramadan dan Hari Raya idulfitri masih sering diperdebatkan. Thomas menyebut perbedaan itu muncul bukan karena metode hisab dan rukyat, tapi karena perbedaan kriteria.
 
Dia mebeberkan kriteria yang digunakan Muhammadiyah sebagai penentu ramadan dan idulfitri ialah wujudul hilal. Sementara yang digunakan oleh NU dan beberapa ormas lain ialah imkan rukyat atau visibilitas hilal.
 
"Penentuan awal bulan memerlukan kriteria agar bisa disepakati bersama. Rukyat memerlukan verifikasi kriteria untuk menghindari kemungkinan rukyat keliru. Hisab tidak bisa menentukan masuknya awal bulan tanpa adanya kriteria. Sehingga kriteria menjadi dasar pembuatan kalender berbasis hisab yang dapat digunakan dalam prakiraan rukyat," kata Thomas.
Baca: Jelang Ramadan, Pemprov DKI Gencarkan Pasar Pangan Murah

Ia membeberkan sebab utama terjadinya perbedaan penentuan awal ramadan, idulfitri dan idul adha terus berulang karena belum disepakatinya kriteria awal bulan hijriah. "Prasyarat utama untuk terwujudnya unifikasi kalender hijriyah, harus ada otoritas tunggal," ucap dia.
 
Otoritas tunggal akan menentukan kriteria dan batas tanggalnya yang dapat diikuti bersama. Sedangkan kondisi saat ini, otoritas tunggal mungkin bisa diwujudkan dulu di tingkat nasional atau regional. Penentuan ini mengacu pada batas wilayah sebagai satu wilayah hukum sesuai batas kedaulatan negara.
 
"Kriteria diupayakan untuk disepakati bersama," pungkas Thomas. 
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
(LDS)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif