medcom.id, Surabaya: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi E Sakya mengungkapkan bahwa pesawat AirAsia QZ8501 tidak membawa laporan prakiraan cuaca yang dikeluarkan otoritas itu. Pihak AirAsia disebut baru mengambil laporan prakiraan cuaca pada Minggu, 28 Desember 2015, sekitar pukul 07.00 WIB.
Laporan BMKG kepada Menteri Perhubungan Ignatius Jonan dan Presiden Joko Widodo itu dibantah CEO AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko. Menurut dia, seluruh pesawat AirAsia yang hendak terbang pasti mendapat laporan cuaca dari BMKG serta mengevaluasinya.
Menurut Sunu, laporan itu dikirim Stasiun BMKG Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam bentuk surat elektronik sebanyak empat kali dalam sehari. Laporan lantas diterima unit Operation Control Center (OCC) AirAsia Indonesia untuk keperluan penerbangan.
"Dokumen laporan cuaca itu diterima oleh Operation Control Center di seluruh hub AirAsia Indonesia yakni Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar, lalu dicetak dan dibawa terbang oleh pilot," kata Sunu dalam pesan pendek di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/1/2015).
Laporan cuaca dari surat elektronik itu, Sunu melanjutkan, dicetak berwarna sehingga lebih mudah bagi pilot untuk membacanya.
"AirAsia Indonesia sangat memperhitungkan dan berhati-hati dalam melakukan evaluasi terhadap laporan cuaca dari BMKG, sebelum setiap penerbangan dioperasikan," kata dia.
"Apa yang dilakukan AirAsia Indonesia terkait dengan dokumen laporan cuaca ini juga sudah lazim dilakukan oleh maskapai-maskapai global," lanjut Sunu.
Bantahan juga dilontarkan Direktur Keselamatan dan Keamanan AirAsia Indonesia, Kapten Achmad Sadikin. Menurut dia, setiap pilot yang hendak terbang pasti mendapat pencerahan terkait laporan cuaca dan masalah teknis lainnya.
"Setiap penerbangan pasti selalu ada briefing kalau ada kendala cuaca," kata dia di Posko Mortem Polda Jatim, Surabaya, Jumat (2/1/2015) malam.
medcom.id, Surabaya: Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi E Sakya mengungkapkan bahwa pesawat AirAsia QZ8501 tidak membawa laporan prakiraan cuaca yang dikeluarkan otoritas itu. Pihak AirAsia disebut baru mengambil laporan prakiraan cuaca pada Minggu, 28 Desember 2015, sekitar pukul 07.00 WIB.
Laporan BMKG kepada Menteri Perhubungan Ignatius Jonan dan Presiden Joko Widodo itu dibantah CEO AirAsia Indonesia, Sunu Widyatmoko. Menurut dia, seluruh pesawat AirAsia yang hendak terbang pasti mendapat laporan cuaca dari BMKG serta mengevaluasinya.
Menurut Sunu, laporan itu dikirim Stasiun BMKG Bandara Internasional Soekarno-Hatta dalam bentuk surat elektronik sebanyak empat kali dalam sehari. Laporan lantas diterima unit Operation Control Center (OCC) AirAsia Indonesia untuk keperluan penerbangan.
"Dokumen laporan cuaca itu diterima oleh Operation Control Center di seluruh hub AirAsia Indonesia yakni Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Denpasar, lalu dicetak dan dibawa terbang oleh pilot," kata Sunu dalam pesan pendek di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (3/1/2015).
Laporan cuaca dari surat elektronik itu, Sunu melanjutkan, dicetak berwarna sehingga lebih mudah bagi pilot untuk membacanya.
"AirAsia Indonesia sangat memperhitungkan dan berhati-hati dalam melakukan evaluasi terhadap laporan cuaca dari BMKG, sebelum setiap penerbangan dioperasikan," kata dia.
"Apa yang dilakukan AirAsia Indonesia terkait dengan dokumen laporan cuaca ini juga sudah lazim dilakukan oleh maskapai-maskapai global," lanjut Sunu.
Bantahan juga dilontarkan Direktur Keselamatan dan Keamanan AirAsia Indonesia, Kapten Achmad Sadikin. Menurut dia, setiap pilot yang hendak terbang pasti mendapat pencerahan terkait laporan cuaca dan masalah teknis lainnya.
"Setiap penerbangan pasti selalu ada briefing kalau ada kendala cuaca," kata dia di Posko Mortem Polda Jatim, Surabaya, Jumat (2/1/2015) malam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)
