medcom.id, Jakarta: Isu lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) merambah anak-anak. Pemerintah pun akan berkumpul membahas nasib anak-anak yang masuk dalam jaringan LGBT.
"Tadi saya baru sampaikan ke deputi kami, tumbuh kembang anak dan perlindungan anak. Mungkin minggu depan kita akan duduk bersama, untuk membicarakan anak-anak yang sudah masuk dalam jaringan LGBT ini," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2016).
Yohana mengaku, Kementerian PPPA belum memiliki angka pasti terkait jumlah mereka yang mengalami penyimpangan orientasi seksual. Tapi, ia mendengar ada sekitar 3.000 anak yang terjerat dalam jaringan itu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun akan digandeng untuk memberikan penyuluhan terhadap anak-anak ini. Yohana menganggap, permasalahan ini sangat darurat dan perlu ditangani segera.
"Ini merupakan hal emergensi yang perlu ditangani secepatnya khusus untuk anak-anak," kata dia.
Sebelumnya, Yohana berpendapat, mereka yang mengalami penyimpangan orientasi seksual tetap mendapatkan perlakuan yang sama sebagai warga Indonesia. Namun, mereka tak bisa berharap lebih jauh terkait perkawinan sesama jenis.
"Namun kita masih berpihak pada Undang-undang kita di negara ini kalau pernikahan itu antara lelaki dan perempuan, selain dari itu tidak bisa diterima," kata Yohana.
medcom.id, Jakarta: Isu lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) merambah anak-anak. Pemerintah pun akan berkumpul membahas nasib anak-anak yang masuk dalam jaringan LGBT.
"Tadi saya baru sampaikan ke deputi kami, tumbuh kembang anak dan perlindungan anak. Mungkin minggu depan kita akan duduk bersama, untuk membicarakan anak-anak yang sudah masuk dalam jaringan LGBT ini," kata Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (18/2/2016).
Yohana mengaku, Kementerian PPPA belum memiliki angka pasti terkait jumlah mereka yang mengalami penyimpangan orientasi seksual. Tapi, ia mendengar ada sekitar 3.000 anak yang terjerat dalam jaringan itu.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pun akan digandeng untuk memberikan penyuluhan terhadap anak-anak ini. Yohana menganggap, permasalahan ini sangat darurat dan perlu ditangani segera.
"Ini merupakan hal emergensi yang perlu ditangani secepatnya khusus untuk anak-anak," kata dia.
Sebelumnya, Yohana berpendapat, mereka yang mengalami penyimpangan orientasi seksual tetap mendapatkan perlakuan yang sama sebagai warga Indonesia. Namun, mereka tak bisa berharap lebih jauh terkait perkawinan sesama jenis.
"Namun kita masih berpihak pada Undang-undang kita di negara ini kalau pernikahan itu antara lelaki dan perempuan, selain dari itu tidak bisa diterima," kata Yohana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)
