Jakarta: Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta pelayanan kesehatan dari tingkat terkecil di desa atau kelurahan menyisir kasus gagal ginjal akut. Puskesmas hingga Posyandu mendata riwayat kesehatan dan obat yang dikonsumsi anak-anak.
"Saya mohon pihak kepala desa, bidan desa, kepala Puskesmas untuk menyisir anak-anak usia 15 tahun ke bawah untuk dilakukan pemeriksaan secara masif baik mereka yang sudah memakai obat sirop maupun yang belum," ujar Muhadjir dalam keterangan resmi, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Ia mengatakan pendataan ini penting agar tidak ada lagi korban fatalitas akibat gagal ginjal akut misterius. Tidak boleh dari pihak pelayanan kesehatan menunggu mereka datang diobati.
"Tetapi harus menyisir sampai tingkat paling bawah untuk dicatat riwayat kesehatan riwayat pengobatannya, sehingga kalau ada kemungkinan dikhawatirkan dia mengalami kasus serupa itu bisa dicegah sejauhnya," ungkap Muhadjir.
Menurut dia, kasus ini harus menjadi momentum reaktivasi pelayanan kesehatan dasar untuk memperkuat pelayanan kesehatan masyarakat. Menurutnya, kasus ini harus dicegah, jangan sampai ketika parah baru ditangani yang kemudian bisa menyebabkan fatalitas.
"Yang paling penting kita harus cermati seluruh anak-anak yang di bawah 15 tahun di seluruh Indonesia," ungkap Muhadjir.
Kementerian Kesehatan mencatat kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) mencapai 241 kasus per 21 Oktober 2022. Intensitas kasus terlihat lebih tinggi dalam dua bulan belakangan. Sebanyak 39 kasus di antaranya sembuh, sedang dalam pengobatan 69 kasus, dan meninggal dunia 133 kasus.
Berdasarkan hasil pemantauan Kemenkes, banyak kasus yang terjadi pada anak rentang usia 1-5 tahun dengan total 153 kasus. Kemudian, usia 6-10 Tahun 37 kasus, di bawah 1 tahun 26 kasus, dan 11-18 tahun 25 kasus.
Jakarta: Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta pelayanan kesehatan dari tingkat terkecil di desa atau kelurahan menyisir kasus
gagal ginjal akut. Puskesmas hingga Posyandu mendata riwayat kesehatan dan obat yang dikonsumsi anak-anak.
"Saya mohon pihak kepala desa, bidan desa, kepala Puskesmas untuk menyisir anak-anak usia 15 tahun ke bawah untuk dilakukan pemeriksaan secara masif baik mereka yang sudah memakai obat sirop maupun yang belum," ujar Muhadjir dalam keterangan resmi, Sabtu, 22 Oktober 2022.
Ia mengatakan pendataan ini penting agar tidak ada lagi korban fatalitas akibat
gagal ginjal akut misterius. Tidak boleh dari pihak pelayanan kesehatan menunggu mereka datang diobati.
"Tetapi harus menyisir sampai tingkat paling bawah untuk dicatat riwayat kesehatan riwayat pengobatannya, sehingga kalau ada kemungkinan dikhawatirkan dia mengalami kasus serupa itu bisa dicegah sejauhnya," ungkap Muhadjir.
Menurut dia, kasus ini harus menjadi momentum reaktivasi pelayanan kesehatan dasar untuk memperkuat pelayanan kesehatan masyarakat. Menurutnya, kasus ini harus dicegah, jangan sampai ketika parah baru ditangani yang kemudian bisa menyebabkan fatalitas.
"Yang paling penting kita harus cermati seluruh anak-anak yang di bawah 15 tahun di seluruh Indonesia," ungkap Muhadjir.
Kementerian Kesehatan mencatat kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) mencapai 241 kasus per 21 Oktober 2022. Intensitas kasus terlihat lebih tinggi dalam dua bulan belakangan. Sebanyak 39 kasus di antaranya sembuh, sedang dalam pengobatan 69 kasus, dan meninggal dunia 133 kasus.
Berdasarkan hasil pemantauan Kemenkes, banyak kasus yang terjadi pada anak rentang usia 1-5 tahun dengan total 153 kasus. Kemudian, usia 6-10 Tahun 37 kasus, di bawah 1 tahun 26 kasus, dan 11-18 tahun 25 kasus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)