Waspadai Empat Langkah Predator Anak di Internet

Jakarta: End Child Prostitution in Asian Tourism (ECPAT) Indonesia mengatakan predator anak kerap memanfaatkan internet untuk mencari mangsa. Setidaknya, ada empat langkah pelaku memperdaya korban. Koordinator Nasional ECPAT Indonesia Ahmad Sofian menjelaskan awalnya pelaku berupaya sebisa mungkin mendapatkan kepercayaan dari korban. Mereka mengaku sebagai dokter hingga pencari bakat. "Grooming online, artinya dia melakukan kejahatan melalui rayu terhadap anak-anak, caranya membuka media sosial berteman dengan anak-anak itu, akhirnya menjalin hubungan pertemanan dengan anak tersebut," kata Ahmad dalam Sosialisasi Internet Aman untuk Anak, di Kawasan Harmoni, Jakarta Pusat, Kamis, 5 September 2019. Ketika korban termakan bujuk rayu, pelaku akan meminta korban mengirimkan gambar-gambar seksual dengan dalih sebagai bagian dari proses pemeriksaan kesehatan. Proses ini dinamakan sexting.  "Misal saya akan memberikan konsultasi gratis ke kamu, tapi harus menampilkan organ tubuh, tanpa busana seksi, dan lain-lain. Jadi pelaku sangat pintar meletakkan keyakinan pada anak," jelas dia.  Selanjutnya, pelaku memeras korban. Ia mengancam akan menyebarkan foto-foto syur ke media sosial. Mereka minta uang Rp100 ribu hingga jutaan kepada korban. "Uang itu juga tidak menjamin pelaku tidak menyebarkan foto ke grup-grup yang dimilikinya. Ini dinamakan sextortion," tutur dia. Pada tahap terakhir, pelaku akan melanjutkan kejahatan dengan menyuguhkan siaran langsung aktivitas seksual yang dilakukan korbannya. Ia memberikan tarif bagi oknum-oknum yang ingin menikmati adegan tersebut.  "Korban suruh tampil di webcam, ada imbalan uang yang harus dibayar agar para predator seks anak dapat melihat video tindakan kekerasan secara langsung," jelas dia.