Jakarta: Omicron masuk dalam Variant of Concern Covid-19 menurut World Health Organization (WHO). Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menjelaskan, serba-serbi varian ini lewat Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Jumat, 10 Desember 2021.
"Yang paling menonjol itu kecepatan dia menempel ke manusia. Ada mutasi yang menyebabkan virus ini menghasilkan salinannya lebih banyak. Orang yang terinfeksi bisa menyebabkan lebih banyak virus bila terinfeksi," paparnya.
Amin menilai, langkah paling tepat untuk mencegah masuknya varian Omicron adalah dengan melakukan pengetatan pintu masuk penerbangan luar negeri. Hal ini bercermin pada kejadian lonjakan kasus Covid-19 varian Delta tahun lalu.
"Saat ini pemerintah melalui Kemenkes bekerja lebih keras untuk mengawasi screening di pintu masuk," ucapnya.
Varian covid-19, Omicron, dinilai 4,2 kali lebih mudah menular pada tahap awal daripada Delta. Hal ini didapat dari sebuah penelitian Dr Hiroshi Nishiura, profesor ilmu kesehatan dan lingkungan di Universitas Kyoto yang berspesialisasi dalam pemodelan matematika penyakit menular. (Mentari Puspadini)
Jakarta: Omicron masuk dalam Variant of Concern
Covid-19 menurut World Health Organization (
WHO). Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menjelaskan, serba-serbi varian ini lewat Selamat Pagi Indonesia Metro TV, Jumat, 10 Desember 2021.
"Yang paling menonjol itu kecepatan dia menempel ke manusia. Ada mutasi yang menyebabkan virus ini menghasilkan salinannya lebih banyak. Orang yang terinfeksi bisa menyebabkan lebih banyak virus bila terinfeksi," paparnya.
Amin menilai, langkah paling tepat untuk mencegah masuknya varian Omicron adalah dengan melakukan pengetatan pintu masuk penerbangan luar negeri. Hal ini bercermin pada kejadian lonjakan kasus Covid-19 varian Delta tahun lalu.
"Saat ini pemerintah melalui Kemenkes bekerja lebih keras untuk mengawasi screening di pintu masuk," ucapnya.
Varian covid-19, Omicron, dinilai 4,2 kali lebih mudah menular pada tahap awal daripada Delta. Hal ini didapat dari sebuah penelitian Dr Hiroshi Nishiura, profesor ilmu kesehatan dan lingkungan di Universitas Kyoto yang berspesialisasi dalam pemodelan matematika penyakit menular. (
Mentari Puspadini)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)
