medcom.id, Jakarta: Pakar Energi Ari Soemarno mengatakan ada empat warisan dari pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam sektor energi. Warisan itu dinilai akan dilimpahkan dan menjadi beban untuk pemerintah mendatang.
"Pertama adalah beban subsidi yang besar, hingga mencapai Rp 400 triliun. Bahkan banyak orang yang berpendapat beban ini akan semakin meningkat," kata Ari dalam acara 'Pemaparan Platform Ekonomi Jokowi-JK' di Ritz Carlton Pacific Palace SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (64/6/2014) malam.
Warisan kedua menurut Ari yakni krisis listrik yang sudah menunjukan 'lampu merah' dan menuju pada krisis listrik serius. "Keadaan listrik 2015 akan makin parah, makin serius. Padahal dulu Pak Jusuf Kalla telah melakukan 3 program akselerasi dengan penambahan kapasitas listrik, tapi setelah ditinggal programnya mati (tidak berjalan)," terang dia.
Yang ke tiga, kata dia, yakni warisan sektor minyak bumi/bahan bakar minyak melemah. "Produksi dan cadangan minyak bumi terus menurun. Kapasitas kilang penghasil BBM yang stagnan sejak tahun 1995. Kapasitas dan kualitas infrastruktur distribusi masih jauh memadai, akibatnya kita impor minyak mentah," ungkap Ari.
Warisan terakhir, lanjut Ari, yaitu investasi migas yang tidak menarik. "Meskipun potensi sumber daya alam migas kita besar, namun di kalangan industri migas dunia, Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang paling gak menarik untuk investasi migas," tandas dia.
medcom.id, Jakarta: Pakar Energi Ari Soemarno mengatakan ada empat warisan dari pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono dalam sektor energi. Warisan itu dinilai akan dilimpahkan dan menjadi beban untuk pemerintah mendatang.
"Pertama adalah beban subsidi yang besar, hingga mencapai Rp 400 triliun. Bahkan banyak orang yang berpendapat beban ini akan semakin meningkat," kata Ari dalam acara 'Pemaparan Platform Ekonomi Jokowi-JK' di Ritz Carlton Pacific Palace SCBD, Jakarta Selatan, Rabu (64/6/2014) malam.
Warisan kedua menurut Ari yakni krisis listrik yang sudah menunjukan 'lampu merah' dan menuju pada krisis listrik serius. "Keadaan listrik 2015 akan makin parah, makin serius. Padahal dulu Pak Jusuf Kalla telah melakukan 3 program akselerasi dengan penambahan kapasitas listrik, tapi setelah ditinggal programnya mati (tidak berjalan)," terang dia.
Yang ke tiga, kata dia, yakni warisan sektor minyak bumi/bahan bakar minyak melemah. "Produksi dan cadangan minyak bumi terus menurun. Kapasitas kilang penghasil BBM yang stagnan sejak tahun 1995. Kapasitas dan kualitas infrastruktur distribusi masih jauh memadai, akibatnya kita impor minyak mentah," ungkap Ari.
Warisan terakhir, lanjut Ari, yaitu investasi migas yang tidak menarik. "Meskipun potensi sumber daya alam migas kita besar, namun di kalangan industri migas dunia, Indonesia disebut sebagai salah satu negara yang paling gak menarik untuk investasi migas," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TII)
