Jakarta: Seorang pria, Deky, Yanto, 25, ditangkap polisi terkait dugaan jual beli video porno anak di bawah umur melalui aplikasi X (Twitter) dan Telegram. Pelaku sudah melakukan hal tersebut hampir dua tahun.
"Diperkirakan perbuatan ini dilakukan sejak November 2022. Jadi, kalau dikalkulasikan, sekitar 1 tahun 8 bulan," kata Wadirreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Hendri Umar kepada wartawan, Jumat, 31 Mei 2024.
Pelaku menjual video porno anak dengan harga yang variatif, yakni Rp100 ribu untuk lima grup Telegram, Rp150 ribu untuk 10 grup Telegram, Rp200 ribu untuk 15 grup Telegram, dan Rp300 ribu untuk 20 grup Telegram. Selama dua tahun beroperasi, pelaku DY meraup omzet hingga ratusan juta rupiah.
Kepada polisi, pelaku mengaku menggeluti bisnis tersebut lantaran motif ekonomi. Namun, lanjut Hendri, pihak kepolisian akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait psikologi pelaku.
"Setelah ditelusuri, yang bersangkutan tidak ada kelainan ataupun gangguan masalah seksual apakah termasuk pedofil atau segala macam, belum. Walaupun nanti pasti akan kami lakukan pemeriksaan secara kejiwaan terhadap si tersangka ini," ungkap dia.
Polda Metro Jaya mengungkap kasus jual beli video porno yang melibatkan anak di bawah umur sebagai korban. Satu orang pria berinisial DY diamankan dalam kasus tersebut. Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak menerangkan kasus itu terungkap setelah dilakukan patroli siber.
"Link tersebut menghubungkan ke akun Telegram yang menjual konten video yang bermuatan asusila anak di bawah umur," ujar Ade.
Pihak kepolisian pun menindaklanjuti temuan tersebut, dan mengamankan pelaku DY di Tarumajaya, Kota Bekasi. DY ditangkap di warung milik orang tuanya.
Jakarta: Seorang pria, Deky, Yanto, 25, ditangkap polisi terkait dugaan jual beli
video porno anak di bawah umur melalui aplikasi X (Twitter) dan Telegram. Pelaku sudah melakukan hal tersebut hampir dua tahun.
"Diperkirakan perbuatan ini dilakukan sejak November 2022. Jadi, kalau dikalkulasikan, sekitar 1 tahun 8 bulan," kata Wadirreskrimsus Polda Metro Jaya AKBP Hendri Umar kepada wartawan, Jumat, 31 Mei 2024.
Pelaku menjual video porno
anak dengan harga yang variatif, yakni Rp100 ribu untuk lima grup Telegram, Rp150 ribu untuk 10 grup Telegram, Rp200 ribu untuk 15 grup Telegram, dan Rp300 ribu untuk 20 grup Telegram. Selama dua tahun beroperasi, pelaku DY meraup omzet hingga ratusan juta rupiah.
Kepada polisi, pelaku mengaku menggeluti bisnis tersebut lantaran motif ekonomi. Namun, lanjut Hendri, pihak kepolisian akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait psikologi pelaku.
"Setelah ditelusuri, yang bersangkutan tidak ada kelainan ataupun gangguan masalah seksual apakah termasuk pedofil atau segala macam, belum. Walaupun nanti pasti akan kami lakukan pemeriksaan secara kejiwaan terhadap si tersangka ini," ungkap dia.
Polda Metro Jaya mengungkap kasus jual beli video porno yang melibatkan anak di bawah umur sebagai korban. Satu orang pria berinisial DY diamankan dalam kasus tersebut. Dirreskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Ade Safri Simanjuntak menerangkan kasus itu terungkap setelah dilakukan patroli siber.
"Link tersebut menghubungkan ke akun Telegram yang menjual konten video yang bermuatan asusila anak di bawah umur," ujar Ade.
Pihak kepolisian pun menindaklanjuti temuan tersebut, dan mengamankan pelaku DY di Tarumajaya, Kota Bekasi. DY ditangkap di warung milik orang tuanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)
