Jakarta: Penyesuaian tarif angkutan perkotaan (angkot) di DKI Jakarta akan diputus pada Rabu, 7 September 2022. Tarif angkot di Jakarta diprediksi naik Rp1.000 dampak dari penaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Jadi kalau biasanya naik angkot Rp5.000 tentu sekarang menjadi Rp6.000, kira-kira begitu," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Organda dan Korwil, Shafruhan Sinungan, Jakarta, Selasa, 6 September 2022.
Menurut dia, sopir dan masyarakat menengah ke bawah tetap akan terbebani meskipun kenaikan tarif angkot hanya Rp1.000. Sebab, biaya yang dikeluarkan bertambah.
"Menjerit masyarakat, kenaikan Rp1.000 bagi kalangan bawah itu sangat berarti, apalagi sopir angkotnya, dia mesti keluarin biaya lebih. Sementara penumpangnya berkurang. Karena mahal, naik harga. Ini dilematis, taksi mau kita naikin, penumpangnya turun ya bagaimana," kata dia.
Menurut dia, penaikan harga BBM akan memengaruhi banyak faktor dan bersifat kompleks. Sehingga, dia menilai keputusan pemerintah menaikkan harga BBM kurang tepat.
"Makanya keputusan pemerintah naikin BBM dengan kondisi masyarakat saat ini, ini sangat tidak tepat," tegas dia.
Shafruhan mengatakan sudah ada beberapa angkutan umum yang menaikkan tarif meskipun belum ada keputusan dari Organda. Pasalnya, para sopir terbebani dengan biaya operasional yang harus terpenuhi.
"Kebanyakan kalau Mikrolet atau angkot ini, beban biayanya operasional ada di sopir, biasanya mereka sudah naikin dulu," kata dia.
Dia pun mengimbau masyarakat bisa memahami kondisi ini. Hal ini agar tidak menimbulkan keributan antara sopir dan penumpang.
"Nah ya kita berharap penumpang bisa memahami kondisi para sopir, nanti dalam minggu ini kita akan tetapkan secara resmi," ujar dia.
Jakarta: Penyesuaian tarif
angkutan perkotaan (angkot) di
DKI Jakarta akan diputus pada Rabu, 7 September 2022. Tarif angkot di Jakarta diprediksi naik Rp1.000 dampak dari penaikan harga bahan bakar minyak (
BBM) bersubsidi.
"Jadi kalau biasanya naik angkot Rp5.000 tentu sekarang menjadi Rp6.000, kira-kira begitu," kata Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Organda dan Korwil, Shafruhan Sinungan, Jakarta, Selasa, 6 September 2022.
Menurut dia, sopir dan masyarakat menengah ke bawah tetap akan terbebani meskipun kenaikan tarif angkot hanya Rp1.000. Sebab, biaya yang dikeluarkan bertambah.
"Menjerit masyarakat, kenaikan Rp1.000 bagi kalangan bawah itu sangat berarti, apalagi sopir angkotnya, dia mesti keluarin biaya lebih. Sementara penumpangnya berkurang. Karena mahal, naik harga. Ini dilematis, taksi mau kita naikin, penumpangnya turun ya bagaimana," kata dia.
Menurut dia, penaikan harga BBM akan memengaruhi banyak faktor dan bersifat kompleks. Sehingga, dia menilai keputusan pemerintah menaikkan harga BBM kurang tepat.
"Makanya keputusan pemerintah naikin BBM dengan kondisi masyarakat saat ini, ini sangat tidak tepat," tegas dia.
Shafruhan mengatakan sudah ada beberapa angkutan umum yang menaikkan tarif meskipun belum ada keputusan dari Organda. Pasalnya, para sopir terbebani dengan biaya operasional yang harus terpenuhi.
"Kebanyakan kalau Mikrolet atau angkot ini, beban biayanya operasional ada di sopir, biasanya mereka sudah naikin dulu," kata dia.
Dia pun mengimbau masyarakat bisa memahami kondisi ini. Hal ini agar tidak menimbulkan keributan antara sopir dan penumpang.
"Nah ya kita berharap penumpang bisa memahami kondisi para sopir, nanti dalam minggu ini kita akan tetapkan secara resmi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)
