medcom.id, Depok: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan buku pelajaran taman kanak-kanak (TK) yang memuat konten radikal sampai di tangan anak didik. KPAI mencurigai ada upaya doktrinisasi radikalisme sejak usia dini.
"Memang lebih mudah lewat anak-anak. Kalau memang benar sekolah-sekolah bagian dari mereka (teroris) ingin membangun paham radikal," kata Sekjen KPAI Erlinda kepada Metrotvnews.com, Kamis (21/1/2016).
Erlinda pun minta semua pihak tak mengganggap sepele kasus beredarnya buku tersebut. Pihak terkait termasuk KPAI mesti segera melakukan tindakan. Sebab, jika didiamkan, sama dengan mendidik anak-anak menjadi teroris.
"Doktrinisasi sejak dini semacam ini, jika dibiarkan, saat dewasa nanti bisa saja kan jadi teroris kelas kakap," tambah Erlinda.
KPAI, kata Erlinda tengah menelusuri lokasi beredarnya buku tersebut. Sejauh ini, informasi beredarnya buku TK berbau radikalisme dilaporkan beredar di TK di Depok.
Sebelumnya, Gerakan Pemuda (GP) Ansor menerima laporan adanya buku pelajaran tingkat TK berisi konten berbau radikalisme di Depok. GP Ansor pun menyarankan pemerintah dan dinas terkait segera menarik peredaran buku tersebut.
Wakil Ketua Umum GP Ansor Benny Rhamdani menyatakan buku yang memuat unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis berjudul 'Anak Islam suka membaca'.
Di dalamnya terdapat 32 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme di antaranya sabotase, gelora hati ke Saudi, bom, sahid di medan jihad, hingga cari lokasi di Kota Bekasi.
Selain itu ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti 'rela mati bela agama', 'gegana ada di mana', 'bila agama kita dihina kita tiada rela', dan 'kenapa fobia pada agama'.
Sebagai bukti, Benny menunjukkan buku dengan lima edisi. Cetakan pertama tahun 1999, kemudian tahun 2015 sudah mencapai cetakan ke 167 dengan penerbit Pustaka Amanah di Jalan Cakra No. 30 Kauman, Solo.
medcom.id, Depok: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyayangkan buku pelajaran taman kanak-kanak (TK) yang memuat konten radikal sampai di tangan anak didik. KPAI mencurigai ada upaya doktrinisasi radikalisme sejak usia dini.
"Memang lebih mudah lewat anak-anak. Kalau memang benar sekolah-sekolah bagian dari mereka (teroris) ingin membangun paham radikal," kata Sekjen KPAI Erlinda kepada
Metrotvnews.com, Kamis (21/1/2016).
Erlinda pun minta semua pihak tak mengganggap sepele kasus beredarnya buku tersebut. Pihak terkait termasuk KPAI mesti segera melakukan tindakan. Sebab, jika didiamkan, sama dengan mendidik anak-anak menjadi teroris.
"Doktrinisasi sejak dini semacam ini, jika dibiarkan, saat dewasa nanti bisa saja kan jadi teroris kelas kakap," tambah Erlinda.
KPAI, kata Erlinda tengah menelusuri lokasi beredarnya buku tersebut. Sejauh ini, informasi beredarnya buku TK berbau radikalisme dilaporkan beredar di TK di Depok.
Sebelumnya, Gerakan Pemuda (GP) Ansor menerima laporan adanya buku pelajaran tingkat TK berisi konten berbau radikalisme di Depok. GP Ansor pun menyarankan pemerintah dan dinas terkait segera menarik peredaran buku tersebut.
Wakil Ketua Umum GP Ansor Benny Rhamdani menyatakan buku yang memuat unsur radikalisme itu dikemas dalam bentuk metode belajar membaca praktis berjudul 'Anak Islam suka membaca'.
Di dalamnya terdapat 32 kalimat yang mengarahkan kepada tindakan radikalisme di antaranya sabotase, gelora hati ke Saudi, bom, sahid di medan jihad, hingga cari lokasi di Kota Bekasi.
Selain itu ada juga kalimat dan kata-kata yang mengandung radikalisme seperti 'rela mati bela agama', 'gegana ada di mana', 'bila agama kita dihina kita tiada rela', dan 'kenapa fobia pada agama'.
Sebagai bukti, Benny menunjukkan buku dengan lima edisi. Cetakan pertama tahun 1999, kemudian tahun 2015 sudah mencapai cetakan ke 167 dengan penerbit Pustaka Amanah di Jalan Cakra No. 30 Kauman, Solo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)
