Jamaah Tabligh ke Luar Negeri Pakai Kocek Sendiri

medcom.id, Jakarta: Banyak pihak bertanya apa motif dari Jamaah Tabligh (JT) pergi ke luar negeri. Tak sedikit yang mengira mereka baru-baru saja eksis. Padahal organisasi atau gerakan itu telah ada sejak 1950 di Tanah Air. Bermula di dataran India pada 1924, JT merambah Indonesia. Salah satu pentolan jamaah dari Bandung, Abdullah Awang menyebut pergi merantau ke negeri orang sudah menjadi tradisi. "Jamaah pakai duit sendiri-sendiri," kata Abdullah saat menjemput rekannya yang dipulangkan dari Filipina di Terminal 2D Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng, Sabtu 3 Juni 2017. Tiap tahun, jamaah tabligh diklaim mengirimkan ribuan orang ke luar negeri. Mereka mengimplementasikan tabligh, atau bisa diartikan sebagai kegiatan menyampaikan ajaran Islam yang rahmatan lil alamin ke seluruh penjuru dunia. Ada 3 prinsip dasar yang dijalani jamaah ini, pertama yakni mempelajari Agama Islam, mengamalkan Agama Islam dan mentablighkan atau menyampaikannya secara sungguh-sungguh. Terkait kegiatan tabligh, mekanismenya, jamaah tergabung dalam satu rombongan yang mewakili masjid mereka. Siapa saja yang berangkat atau durasi bertabligh dan negara tujuan, disesuaikan dengan uang yang terkumpul. "Maksimal 4 bulan, terkadang juga 40 hari. Tiap negara biasanya 10 orang, tergantung jamaah yang siap dengan dana yang tersedia," kata Abdullah. Contohnya 16 orang yang berada di Filipina, 10 berasal dari JT Bandung dan 6 lainnya dari JT Makassar. Dana yang dikeluarkan disesuai dengan kemampuan para jamaah dan destinasinya. Ada ratusan ribu jamaah serupa di Tanah Air, pusatnya terletak di Masjid Jami, Hayam Wuruk No. 83 Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Abdullah menyebut gerakannya merepresentasikan Umat Muslim di Indonesia, yang memegang teguh prinsip rahmatan lil alamin, damai dan mengajak tanpa kekerasan.