medcom.id, Jakarta: Pelaku teror diduga tinggal di sekitar lokasi yang bakal menjadi target terorisme. Mereka melakukan observasi sebelum mengeksekusi.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menjelaskan, prinsip dasar pelaku teror menciptakan ketakutan dengan melakukan kekejaman di tampat umum agar diketahui semua orang. Mereka mereka jarang melakukan operasi secara langsung.
"Teroris jarang sekali melakukan operasi langsung, misalnya dari luar kota langsung datang dan meledakkan Starbucks. Pola kerja mereka tidak seperti itu," kata Tito di Monas, Jakarta Pusat, Senin (18/1/2016).
Tito memaparkan, pelaku teror selalu melakukan observasi sebelum eksekusi. Mereka perlu pertimbangan untuk menentukan lokasi potensial untuk diteror. Mereka biasanya menyewa tempat yang tak jauh dari target teror.
"Mereka perlu diam di sini, bisa di hotel yang sistem keamanannya rendah tanpa perlu memperlihatkan KTP. Bisa juga indekos, ngontrak atau tinggal di rumah temannya," ujarnya.
Menurut Tito, hal itu menjadi tugas badan intelijen untuk mendalami posisi dan strategi pelaku teror. Pihak kepolisian hanya bertugas antisipasi aksi yang terbuka.
"Intelijen yang main, tapi kita antisipasi, kewaspadaan dari tingkat lokal. Terutama Babinkamtibmas, Babinsa, TNI, RT/RW, lurah," kata Tito.
medcom.id, Jakarta: Pelaku teror diduga tinggal di sekitar lokasi yang bakal menjadi target terorisme. Mereka melakukan observasi sebelum mengeksekusi.
Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian menjelaskan, prinsip dasar pelaku teror menciptakan ketakutan dengan melakukan kekejaman di tampat umum agar diketahui semua orang. Mereka mereka jarang melakukan operasi secara langsung.
"Teroris jarang sekali melakukan operasi langsung, misalnya dari luar kota langsung datang dan meledakkan Starbucks. Pola kerja mereka tidak seperti itu," kata Tito di Monas, Jakarta Pusat, Senin (18/1/2016).
Tito memaparkan, pelaku teror selalu melakukan observasi sebelum eksekusi. Mereka perlu pertimbangan untuk menentukan lokasi potensial untuk diteror. Mereka biasanya menyewa tempat yang tak jauh dari target teror.
"Mereka perlu diam di sini, bisa di hotel yang sistem keamanannya rendah tanpa perlu memperlihatkan KTP. Bisa juga indekos, ngontrak atau tinggal di rumah temannya," ujarnya.
Menurut Tito, hal itu menjadi tugas badan intelijen untuk mendalami posisi dan strategi pelaku teror. Pihak kepolisian hanya bertugas antisipasi aksi yang terbuka.
"Intelijen yang main, tapi kita antisipasi, kewaspadaan dari tingkat lokal. Terutama Babinkamtibmas, Babinsa, TNI, RT/RW, lurah," kata Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)
