medcom.id, Jakarta: Dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap prediksi variabilitas atmosfer dan laut, BMKG meluncurkan kampanye Years of Maritime Continent (YMC). Kampanye ini bekerja sama dengan beberapa lembaga internasional.
Years of Maritime Continent adalah kerangka kolaborasi riset internasional yang menekankan pada observasi lapangan dan pemodelan untuk mendalami lebih jauh peran benua maritim dalam dinamika cuaca dan iklim.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, YMC memiliki beberapa manfaat bagi Indonesia, di antaranya untuk meningkatkan akurasi prediksi cuaca dan iklim bagi kepentingan penerbangan.
"Keterlambatan transportasi udara itu menyebabkan kerugian berkisar USD 41 juta pertahun. 70 persen keterlambatan disebabkan oleh faktor cuaca. Jika kualitas prediksi cuaca dan iklim kita ditingkatkan, kita bisa menekan kerugian itu," kata Andi di Gedung BMKG Pusat, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Senin 17 Juli 2017.
Selain meningkatkan kualitas prediksi cuaca, YMC menjadi kesempatan yang baik bagi peneliti Indonesia untuk berkontribusi terhadap penelitian skala Internasional khususnya di bidang cuaca dan iklim.
YMC diinisasi oleh sembilan lembaga nasional diantaranya, BMKG, BPPT, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, LAPAN, LIPI, Kemenristekdikti, IPB dan ITB.
Selain itu YMC juga turut didukung oleh lembaga internasional diantaranya, JAMSTEC (Jepang), NASA (AS), NOAA (AS), UK MetOffice (Inggris), BoM (Australia), NEA (Singapura), dan UKM (Malaysia).
Pentingnya kegiatan YMC bagi kemajuan penelitian di bidang iklim dan cuaca Andi berharap YMC dimasukan kedalam Program Riset Nasional. "Saya berharap kegiatan ini bisa dimasukan kesalam Program Riset Nasional," ujar Andi.
medcom.id, Jakarta: Dalam rangka meningkatkan pemahaman terhadap prediksi variabilitas atmosfer dan laut, BMKG meluncurkan kampanye Years of Maritime Continent (YMC). Kampanye ini bekerja sama dengan beberapa lembaga internasional.
Years of Maritime Continent adalah kerangka kolaborasi riset internasional yang menekankan pada observasi lapangan dan pemodelan untuk mendalami lebih jauh peran benua maritim dalam dinamika cuaca dan iklim.
Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, YMC memiliki beberapa manfaat bagi Indonesia, di antaranya untuk meningkatkan akurasi prediksi cuaca dan iklim bagi kepentingan penerbangan.
"Keterlambatan transportasi udara itu menyebabkan kerugian berkisar USD 41 juta pertahun. 70 persen keterlambatan disebabkan oleh faktor cuaca. Jika kualitas prediksi cuaca dan iklim kita ditingkatkan, kita bisa menekan kerugian itu," kata Andi di Gedung BMKG Pusat, Gunung Sahari, Jakarta Pusat, Senin 17 Juli 2017.
Selain meningkatkan kualitas prediksi cuaca, YMC menjadi kesempatan yang baik bagi peneliti Indonesia untuk berkontribusi terhadap penelitian skala Internasional khususnya di bidang cuaca dan iklim.
YMC diinisasi oleh sembilan lembaga nasional diantaranya, BMKG, BPPT, Kementerian ESDM, Kementerian Kelautan dan Perikanan, LAPAN, LIPI, Kemenristekdikti, IPB dan ITB.
Selain itu YMC juga turut didukung oleh lembaga internasional diantaranya, JAMSTEC (Jepang), NASA (AS), NOAA (AS), UK MetOffice (Inggris), BoM (Australia), NEA (Singapura), dan UKM (Malaysia).
Pentingnya kegiatan YMC bagi kemajuan penelitian di bidang iklim dan cuaca Andi berharap YMC dimasukan kedalam Program Riset Nasional. "Saya berharap kegiatan ini bisa dimasukan kesalam Program Riset Nasional," ujar Andi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)
