Jakarta: Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menilai angkutan kota (angkot) menjadi angkutan umum paling 'bandel' di tengah pandemi. Protokol kesehatan di angkot minim.
"Angkot pengawasan protokol kesehatan agak sulit karena itu harus dari si pemilik karena angkot itu transportasi publik yang dimiliki oleh koperasi, dan sebagainya," kata Kepala BPTJ Polana B Pramesti dalam telekonferensi di Jakarta, Sabtu, 19 Desember 2020.
Polana mengatakan transportasi umum tidak bisa dihilangkan di tengah masyarakat meski pandemi merajalela. Pasalnya, transportasi umum merupakan alat mobilisasi masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.
Kebutuhan masyarakat dengan angkot pun tidak bisa dihentikan. Hal ini dikarenakan angkot merupakan transportasi umum yang harganya merakyat.
"Kalau bicara soal transportasi di masa pandemi sebenarnya kita semua tahu transportasi adalah demand," ujar Polana.
BPTJ sudah mengeluarkan beberapa aturan untuk transportasi massal di tengah pandemi. Namun, aturan itu kadang diabaikan supir angkot.
"Semua operator yang besar saya lihat sudah mematuhi aturan protokol kesehatan," tutur Polana.
Dia mengamini sulit menertibkan angkot menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi. Namun, pihaknya akan terus berusaha demi keselamatan penumpang.
"Kami selalu berusaha mengawasi atau mengingatkan semua stakeholder atau dinas di Jabodetabek terutama untuk melakukan pengawasan-pengawasan," ucap Polana.
Jakarta: Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menilai angkutan kota (angkot) menjadi
angkutan umum paling 'bandel' di tengah pandemi. Protokol kesehatan di angkot minim.
"Angkot pengawasan
protokol kesehatan agak sulit karena itu harus dari si pemilik karena angkot itu transportasi publik yang dimiliki oleh koperasi, dan sebagainya," kata Kepala BPTJ Polana B Pramesti dalam telekonferensi di Jakarta, Sabtu, 19 Desember 2020.
Polana mengatakan transportasi umum tidak bisa dihilangkan di tengah masyarakat meski
pandemi merajalela. Pasalnya, transportasi umum merupakan alat mobilisasi masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.
Kebutuhan masyarakat dengan angkot pun tidak bisa dihentikan. Hal ini dikarenakan angkot merupakan transportasi umum yang harganya merakyat.
"Kalau bicara soal transportasi di masa pandemi sebenarnya kita semua tahu transportasi adalah demand," ujar Polana.
BPTJ sudah mengeluarkan beberapa aturan untuk transportasi massal di tengah pandemi. Namun, aturan itu kadang diabaikan supir angkot.
"Semua operator yang besar saya lihat sudah mematuhi aturan protokol kesehatan," tutur Polana.
Dia mengamini sulit menertibkan angkot menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi. Namun, pihaknya akan terus berusaha demi keselamatan penumpang.
"Kami selalu berusaha mengawasi atau mengingatkan semua stakeholder atau dinas di Jabodetabek terutama untuk melakukan pengawasan-pengawasan," ucap Polana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)
