Jakarta: Kualitas udara di DKI Jakarta berada dalam kategori tidak sehat pada Sabtu, 18 Mei 2024, pagi. Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh situs pemantau kualitas udara IQAir.
Dikutip dari Antara, indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta berada di angka 180, dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi 19,4 mikrogram per meter kubik berdasarkan pantauan pada Sabtu pukul 05.30 WIB. Konsentrasi tersebut setara 97 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Situs pemantau kualitas udara dengan waktu terkini pun mencatatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara peringkat keempat terburuk di dunia. Kota dengan kualitas udara terburuk di dunia berada di Baghdad (Irak) di angka 271, Kinshasa (Kongo) di angka 254, dan Delhi (India) di angka 244.
Selain Jakarta, situs pemantau kualitas udara tersebut juga mencatat sejumlah kota besar lain di Indonesia masuk dalam kategori tidak sehat. Di antaranya, Tangerang Selatan (Banten) di angka 178. Kemudian, Surabaya (Jawa Timur) di angka 167.
Masyarakat direkomendasikan menghindari aktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat beraktivitas di luar, dan menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.
Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa kualitas udara di Jakarta untuk polusi udara PM2,5. Artinya, kualitas udara Jakarta berada pada kategori sedang hingga tidak sehat.
Dari lima lokasi yang masuk dalam pemantauan, dua di antaranya tidak sehat dengan angka 104 dan 105, yaitu di Lubang Buaya dan Kelapa Gading. Sedangkan tiga lainnya yaitu masuk kategori sedang seperti di Kebon Jeruk dengan indeks di angka 98, Bundaran HI 93, dan Jagakarsa 74.
Kategori sedang berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan. Tapi, berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif.
Sedangkan kategori tidak sehat yaitu tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif. Bahkan, bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Jakarta:
Kualitas udara di DKI Jakarta berada dalam kategori tidak sehat pada Sabtu, 18 Mei 2024, pagi. Hal itu berdasarkan data yang dikeluarkan oleh situs pemantau kualitas udara IQAir.
Dikutip dari
Antara, indeks kualitas udara (AQI) di
Jakarta berada di angka 180, dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2,5 di angka konsentrasi 19,4 mikrogram per meter kubik berdasarkan pantauan pada Sabtu pukul 05.30 WIB. Konsentrasi tersebut setara 97 kali nilai panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Situs pemantau
kualitas udara dengan waktu terkini pun mencatatkan Jakarta sebagai kota dengan kualitas udara peringkat keempat terburuk di dunia. Kota dengan kualitas udara terburuk di dunia berada di Baghdad (Irak) di angka 271, Kinshasa (Kongo) di angka 254, dan Delhi (India) di angka 244.
Selain Jakarta, situs pemantau kualitas udara tersebut juga mencatat sejumlah kota besar lain di Indonesia masuk dalam kategori tidak sehat. Di antaranya, Tangerang Selatan (Banten) di angka 178. Kemudian, Surabaya (Jawa Timur) di angka 167.
Masyarakat direkomendasikan menghindari aktivitas di luar ruangan, mengenakan masker saat beraktivitas di luar, dan menutup jendela untuk menghindari udara luar yang kotor.
Sementara itu, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa kualitas udara di Jakarta untuk polusi udara PM2,5. Artinya, kualitas udara Jakarta berada pada kategori sedang hingga tidak sehat.
Dari lima lokasi yang masuk dalam pemantauan, dua di antaranya tidak sehat dengan angka 104 dan 105, yaitu di Lubang Buaya dan Kelapa Gading. Sedangkan tiga lainnya yaitu masuk kategori sedang seperti di Kebon Jeruk dengan indeks di angka 98, Bundaran HI 93, dan Jagakarsa 74.
Kategori sedang berarti tingkat kualitas udara yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan. Tapi, berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif.
Sedangkan kategori tidak sehat yaitu tingkat kualitas udara yang bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif. Bahkan, bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)
