medcom.id, Jakarta: Pengelola Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, berupaya mewujudkan keamanan. Mereka memberi kartu identitas kepada setiap karyawan Perusahaan Otobus (PO).
"Saya kasih ID, yang tanda tangan saya," kata Kepala Terminal Pulogebang Ismanto kepada Metrotvnews.com di lokasi, Selasa 6 Juni 2017.
Ismanto mengaku sudah mencetak 80 persen kartu identitas karyawan PO. Ismanto menjelaskan, langkah itu merupakan bagian pembenahan keagenan PO dan pihak lain di wilayahnya.
"Saya sebutnya bukan calo. Karena mereka berseragam. Dia adalah bagian dari sistem bisnisnya PO, tapi anehnya hubungan mereka dengan PO, terputus. Makanya ada sumber masalah di sini, seolah-olah PO tidak ikut-ikut," beber dia.
Ismanto mengusahakan semua aspek bisnis yang ada di Pulogebang dimasukkan dalam suatu database tertentu. Mulai perwakilan PO hingga karyawan.
"Itu saya data. Saya ingin adanya pembatasan karyawan maksimal 6 karyawan (setiap PO). Tergantung armadanya," ujar dia.
Namun, sejauh ini terdapat PO yang memiliki karyawan hingga belasan. Mereka akhirnya menumpuk di pintu masuk gedung terminal dan membuat calon penumpang tidak nyaman.
"Yang belasan ini resisten. Cara dia bertahan hidup dengan menyari penumpang, rebat-rebut, saya batasi, mereka bilang, pak ini gimana perut? Artinya kita coba cari sinergi (jalan tengah)," ujar dia.
Prinsipnya, jelas Ismanto, karyawan harus diatur dan didata dengan baik. Ismanto ingin pembenahan terus dapat dilakukan, namun tidak begitu saja mematikan kesempatan orang bertahan hidup.
"Cara kita agar tertib yaitu dengan menggunakan sistem," ucap dia.
medcom.id, Jakarta: Pengelola Terminal Pulogebang, Jakarta Timur, berupaya mewujudkan keamanan. Mereka memberi kartu identitas kepada setiap karyawan Perusahaan Otobus (PO).
"Saya kasih ID, yang tanda tangan saya," kata Kepala Terminal Pulogebang Ismanto kepada Metrotvnews.com di lokasi, Selasa 6 Juni 2017.
Ismanto mengaku sudah mencetak 80 persen kartu identitas karyawan PO. Ismanto menjelaskan, langkah itu merupakan bagian pembenahan keagenan PO dan pihak lain di wilayahnya.
"Saya sebutnya bukan calo. Karena mereka berseragam. Dia adalah bagian dari sistem bisnisnya PO, tapi anehnya hubungan mereka dengan PO, terputus. Makanya ada sumber masalah di sini, seolah-olah PO tidak ikut-ikut," beber dia.
Ismanto mengusahakan semua aspek bisnis yang ada di Pulogebang dimasukkan dalam suatu database tertentu. Mulai perwakilan PO hingga karyawan.
"Itu saya data. Saya ingin adanya pembatasan karyawan maksimal 6 karyawan (setiap PO). Tergantung armadanya," ujar dia.
Namun, sejauh ini terdapat PO yang memiliki karyawan hingga belasan. Mereka akhirnya menumpuk di pintu masuk gedung terminal dan membuat calon penumpang tidak nyaman.
"Yang belasan ini resisten. Cara dia bertahan hidup dengan menyari penumpang, rebat-rebut, saya batasi, mereka bilang, pak ini gimana perut? Artinya kita coba cari sinergi (jalan tengah)," ujar dia.
Prinsipnya, jelas Ismanto, karyawan harus diatur dan didata dengan baik. Ismanto ingin pembenahan terus dapat dilakukan, namun tidak begitu saja mematikan kesempatan orang bertahan hidup.
"Cara kita agar tertib yaitu dengan menggunakan sistem," ucap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)
